Judul : My Wedding Dress
Penulis : Dy Lunaly
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 264 Halaman
"Travelling itu tentang keberanian menantang batasan yang kita punya. Keberanian buat nglewatin tantangan yang kita temui selama travelling. Pertanyaannya sekarang, kamu berani nggak?"
BLURB
Apa yang lebih mengerikan selain ditinggalkan calon suamimu tepat ketika akan naik altar? Abby pernah merasakannya. Dia paham betul sakitnya.
Abby memutuskan untuk berputar haluan hidup setelah itu. Berhenti bekerja, menutup diri, mengabaikan dunia yang seolah menertawakannya. Ia berusaha menyembuhkan luka. Namun, setahun yang terasa berabad-abad ternyata belum cukup untuk mengobatinya. Sakit itu masih ada, bahkan menguat lebih memilukan.
Lalu, Abby sampai pada keputusan gila. Travelling mengenakan gaun pengantin! Meski tanpa mempelai pria, ia berusaha menikmati tiap detik perjalanannya. Berharap gaun putih itu bisa menyerap semua kesedihannya yang belum tuntas. Mengembalikan hatinya, agar siap untuk menerima cinta yang baru.
- - - - - - - -
Abigail Kenan Larasati, seorang konsultan arsitektur yang batal menikah di detik-detik terakhir menjelang pernikahannya. Bukan, bukan karena ada kejadian tragis pasangan cowoknya, tapi karena Andre, pasangannya, tidak pernah datang ke Gereja di mana mereka seharusnya melangsungkan pemberkatan nikah. Malu dan sakit hatinya? Abby tau rasanya. Selama ini, Abby terus berpikir, kesalahan apa yang diperbuatnya, atau kurang apa Abby selama ini? Terlalu menuntutkah? Belum lagi, sejak kejadian itu, Andre juga nggak ada kabar, bahkan orangtuanya pun nggak tau. Sampai akhirnya, satu tahun kemudian, Abby memutuskan untuk travelling pake gaun pengantinnya. Mungkin bagi sebagian orang gila, tapi bagi Abby, dia berharap, gaun pengantinnya bisa bikin dia seenggaknya lepas dari beban yang dibawanya selama ini.
Novel yang bertemakan pernikahan selalu menarik aku buat baca. Nggak tahu kenapa, baca novel berbau pernikahan itu seru. Soalnya, novelnya selalu banyak ngajarin kita tentang kehidupan setelah menikah. Atau, drama pernikahan, kayak yang dialami sama Abby ini. Ditinggal di Altar itu sama sekali nggak lucu dan nggak menyenangkan. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya aja bete, apalagi pas udah mau ngucapin janji. Lebih nyesek.
Sejujurnya, aku nggak suka-suka amat sama Abby di sini. Dia hmm.. gimana ya, agak menyebalkan gitu anaknya. Dia memang lagi terpuruk dalam kesedihan tapi berlarut-larut terus. Diajak move on kayak susahhhhhhh banget. Meskipun akhirnya dia bisa move on, aku agak nggak begitu suka sama dia.
Yang aku suka di sini itu, gimana cara Wira mengajarkan arti ikhlas dan melepaskan dan menikmati hidup. Sukaaaaaa banget. Jadi novel ini tuh banyak banget pelajaran hidupnya. Nggak melulu sedih dan harus bikin kita nggak ke mana-mana. Tapi justru karna sedih, kita harus melakukan sesuatu supaya nggak berkutat di sana-sana aja.
Quotable:
"Ngobrol sama orang asing selalu jadi pengalaman yang luar biasa karena kita nggak pernah tahu siapa yang kita ajak ngobrol, gimana kehidupan yang mereka jalani, cerita apa yang mereka punya. Itu ngajarin aku buat nggak cepat menghakimi, dan itu nyenengin." — P. 65Wirasana Pieter Smit, seorang traveller yang nggak sengaja ketemu Abby waktu dia lagi dalam masa travelling penyembuhannya. Bagi Abby, awalnya dia sangat pantang ngomong sama orang asing. Tapi ternyata, Wira bisa jadi penunjuk jalan dan sosok yang menyenangkan! Jadi kayak nggak rugi banget jalan sama Wira. Tapiiiiii.. Wira sendiri ternyata punya cerita yang nggak menyenangkan pekara cinta. Selama hampir seminggu keduanya barengan terus, apa memang nggak bakalan mungkin salah satunya nggak jatuh cinta? Mengingat hubungan cewek dan cowok itu jarang banget yang murni kayak susu murni nasional. Kalau ada salah satu dari mereka yang jatuh cinta, apa yang bakalan mereka lakuin?
Novel yang bertemakan pernikahan selalu menarik aku buat baca. Nggak tahu kenapa, baca novel berbau pernikahan itu seru. Soalnya, novelnya selalu banyak ngajarin kita tentang kehidupan setelah menikah. Atau, drama pernikahan, kayak yang dialami sama Abby ini. Ditinggal di Altar itu sama sekali nggak lucu dan nggak menyenangkan. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya aja bete, apalagi pas udah mau ngucapin janji. Lebih nyesek.
Sejujurnya, aku nggak suka-suka amat sama Abby di sini. Dia hmm.. gimana ya, agak menyebalkan gitu anaknya. Dia memang lagi terpuruk dalam kesedihan tapi berlarut-larut terus. Diajak move on kayak susahhhhhhh banget. Meskipun akhirnya dia bisa move on, aku agak nggak begitu suka sama dia.
Yang aku suka di sini itu, gimana cara Wira mengajarkan arti ikhlas dan melepaskan dan menikmati hidup. Sukaaaaaa banget. Jadi novel ini tuh banyak banget pelajaran hidupnya. Nggak melulu sedih dan harus bikin kita nggak ke mana-mana. Tapi justru karna sedih, kita harus melakukan sesuatu supaya nggak berkutat di sana-sana aja.
Quotable:
"Berurusan dengan kenangan tidak pernah mudah, kan? Tapi aku harus merelakan masa lalu untuk berjalan menuju masa depan." — P. 20
"Itu wajar, kok, manusiawi. Aku selalu percaya cinta itu sama dengan luka. Kita mungkin ngira waktu bakal nyembuhin atau ngilangin bekasnya, tapi sebenernya nggak. Bekasnya cuma menipis. Sama kayak cinta." — P. 110
"Easy, By. Hidup itu bukan untuk dipertanyakan, melainkan untuk dinikmati. Enjoy your life today, forget about the past and the future." — P. 121
:Karena aku memilih untuk bahagia, By. Aku memilih untuk berhenti mengeluh dan mulai mensyukuri hidupku, apa pun kondisinya." — P. 131
"Travelling itu bukan sesuatu yang bisa direncanain seratus persen, By. Dan travelling bukan tentang berapa banyak tempat yang kita lihat, melainkan sebanyak apa kita menikmatinya." — P. 147
"Buatku pasangan itu bukan sekadar tempat untuk pulang, tapi teman perjalanan. Seseorang yang nemenin aku ngalamin semua hal, susah atau senang, bahagia atau sedih, apa pun itu." — P. 174
"Hidup itu tentang mengejaa ikhlas. Bagaimana kita belajar untuk ikhlas menerima kondisi apa pun dalam hidup kita dan menjalaninya dengan sebaik-baiknya." — P. 233
"Karena aku memilih untuk bahagia, By. Aku memilih untuk berhenti mengeluh dan mulai mensyukuri hidupku, apa pun kondisinya." — P. 235
"Kamu tahu cara terbaik untuk menjalani hidup, By? Enjoy your life whether it's p or down. Life is like a rollercoaster. You have the right to be afraid, but try to clim into the front seat, throw your arms in the air, and enjoy the ride. Find the joy in all choices you make. Remember, in the end good girls always win." — P. 244
This is how my partner Wesley Virgin's biography launches in this SHOCKING and controversial VIDEO.
ReplyDeleteYou see, Wesley was in the military-and soon after leaving-he revealed hidden, "SELF MIND CONTROL" secrets that the government and others used to obtain everything they want.
These are the same tactics many celebrities (especially those who "became famous out of nowhere") and elite business people used to become wealthy and successful.
You've heard that you utilize only 10% of your brain.
Really, that's because most of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Maybe that expression has even taken place IN YOUR own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain 7 years ago, while riding an unlicensed, beat-up garbage bucket of a vehicle with a suspended license and in his bank account.
"I'm very fed up with going through life paycheck to paycheck! When will I finally make it?"
You've been a part of those those types of conversations, am I right?
Your own success story is waiting to start. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.
CLICK HERE TO LEARN WESLEY'S METHOD