[Review] Yuk, Punya Mimpi Sebesar Gajah

Judul : Mimpi Sebesar Gajah

Penulis : Mooseboo

Penerbit : Clover

Tebal : 279 Halaman

"Jangan pernah kehilangan harapan, selalu semangat, berani melangkah, dan jangan takut gagal dalam menjalani kehidupan. Karena itu proses buat menjadi dewasa."

BLURB

Bagi Bening,

hanya ada dua mimpinya di dunia ini, Teater dan Togi.

Tetapi bagi Togi,

hidup tak ubahnya ranting pohon kering yang terbawa arus.

Sementara bagi Naga,

boleh saja memiliki harapan besar, tetapi juga harus realistis.

Kisah ini hanya satu dari ribuan cerita putih abu-abu.

Cerita tentang mereka yang belajar arti cinta, persahabatan, dan kepercayaan diri.

Mereka yang memiliki Mimpi Sebesar Gajah.

- - - - - - - - -

Bening, seorang anak yang cukup periang di gengnya, cuma di gengnya aja sih. Di luar itu, dia bakalan jadi sosok yang pendiam. Bagi Bening sendiri, kehidupannya cukup baik-baik saja, apalagi saat dia mengikuti ekstrakulikuler teater, dia merasa lebih hidup. Tapi sejak dia mengetahui Togi, dia memiliki tujuan lain selain teater, yaitu Togi, kakak kelas yang tanpa sengaja bertemu dengannya di saat yang cukup tepat. Tapi sayangnya, saat itu dia grogi dan malah meninggalkan Togi.

"Bermimpi juga harus realistis kali." — P. 91

Bening bertemu lagi dengan Togi. Bahkan kali ini pertemuan itu membuat mereka harusnya cukup dekat. Karena Bening dan Togi tergabung dalam satu divisi di acara kepanitiaan di sekolahnya. Senang? Jelas. Gimana nggak? Apa yang diidam-idamin selama ini akhirnya tercapai juga. Meskipun dia harus bekerja keras, untuk kepanitiaannya, juga untuk kegiatan teaternya, karena dia terpilih untuk menjadi pemeran utama. Kebahagiaan untuk Bening, memulai hal yang disukainya dari hal kecil dulu. Sekecil pementasan sekolah.

Dalam prosesnya, nggak mudah. Bening harus bisa membagi waktu dan juga tenaga. Selain untuk mencari dana, menggalang dana, dia juga harus fokus berlatih untuk pementasannya. Nggak hanya menceritakan Bening, tetapi juga Togi dan lingkup pertemanan keduanya. Bagaimana mereka berusaha untuk menggapai mimpi mereka satu persatu.


Saat awal ngebaca novel ini mikir banget aku tuh, kenapa gajah ya? Yang kebayang itu langsung lagu Gajahnya Tulus dong. Penasaran kan, biasanya, kebanyakan pasti bilangnya mimpi setinggi langit. Jarang bahkan nggak ada mimpi sebesar gajah. Tapi, di sini dijelaskan, kenapa harus bermimpi sebesar gajah! Menyenangkan banget pas baca.

Novel ini menceritakan gimana kehidupan sekolah Bening dan teman-temannya, jarang banget disinggung kehidupan keluarga di sini. Nggak hanya itu, di sini lebih fokus sama Bening dan cita-citanya, pemain teater. Mulai dari dia harus ngbagi tenaga, sampai bagaimana dia akhirnya bisa dekat dengan kehidupan teater yang sesungguhnya. Aku suka banget sih. Meskipun pas di bagian awal masih rada bingung sama gaya nulisnya kak Fanny, karena memang ini novel pertamanya yang kubaca. Tapi lama-lama kebiasa dan feelnya dapet banget! Suka banget pas satu persatu dari mereka meraih apa yang mereka inginkan, tanpa mengorbankan orang lain atau persahabatan mereka. Jadi kangen balik ke sekolah lagi! Hahaha..


Quotable:

"Lagian kita kan punya dua puluh empat jam dalam sehari. Istirahat sebentar buat bikin kenangan, kenapa nggak?" — P. 133

"Gue percaya, nggak semua yang kita mau bakal terkabul dan sejalan sama usaha kita. Kayak gue dan Teater Kata misalnya. Seberapa keras usaha gue, kayaknya bakal percuma. Karena teater itu emang udah seharusnya bubar." — P. 160 to 161

"Lagi pula selain jujur, apa lagi yang bisa diharapkan dari orang dalam hidup? Hidup itu sementara. Kalau bohong terus kasihan hati kita." — P. 185

"Sama kayak bermimpi, kita harus punya ambisi yang kuat, telinga yang sensitif buat nangkap peluang, dan selalu ingat langkah apa aja yang udah kita lakuin buat mimpi kita." — P. 191