[Review] Kenangan Hujan, dari Payung Kuning

Judul : Kenangan Hujan

Penulis : Dy Lunaly

Penerbit : Falcon Publishing

Tebal : 405 Halaman

"Ayah juga mengingatkan mereka kalau dalam pernikahan, setiap kebahagiaan, sekecil apa pun itu, harus dirayakan agar senantiasa bersyukur untuk semua yang dimiliki."

BLURB

Sayang,

Apa kabar?

Maaf butuh waktu lama sebelum aku siap bertemu kamu lagi.

Perpisahan kita terlalu mengejutkan.

Besok kita ketemu, ya. Aku kangen ngobrol sama kamu, Rain.

Aku janji bakal cerita semua. Juga tentang sesuatu yang selama ini aku simpan sendiri.

Heei.. jangan marah. Ini bukan sesuatu yang penting. Ini cuma tentang pertemua, bukan, tentang pertama kali aku melihat kamu, peri hujanku.

Sampai bertemu, Sayang.

Akasha

Ps. Aku bakal bawa bunga kesukaan kamu. Juga pakai kemeja favorit kamu.

- - - - - - - - - -

Rizky Akasha Parissa, seorang dokter muda yang cukup pinter meskipun cueknya astaga. Bikin ngelus dada. Selama ini, dia nggak pernah tuh ada keinginan untuk punya pacar. Semua cewek di matanya sama. Nggak ada kelebihan apa pun. Sampai hari itu, hari dimana dia ngerasa kalau dia nggak pantes banget jadi dokter. Mana ada dokter yang pingsan pas lagi kerja? Nggak lucu sama sekali. Tapi, di hari itu juga, dia akhirnya menemukan sosok yang bikin dia suka, atau jatuh cinta untuk pertama kalinya.

"Aku suka hujan. Tiap kali hujan turun aku ngerasa kalau hariku jadi sempurna." — P. 13

Raini Dwi Gayatri, seorang guru TK yang menyukai hujan, sesuai namanya. Baginya, hujan itu temennya, bikin dia sempurna. Pertama kali dia bertemu dengan Akasha, saat mereka berada di TransJakarta yang penuh dan sesak. Selama beberapa bulan mereka bertemu, mereka nggak pernah bertegur sapa, cuma saling liat-liatan aja. Kali itu, pertama kalinya, Raini menyapa Akasha, untuk menawarkan meminjamkan payung kuningnya.

Bagi Akasha, Raini adalah peri hujannya sejak lima tahun lalu. Tapi saat bertemu dengan Raini setelah sekian lama, bikin dia jadi kaku banget! Nggak tahu harus ngapain dan berbuat apa. Pengennya minta nomernya, kenalan dan sebagainya, tapi nggak juga kesampaian! Dasar Akasha! Minta nomer aja susah banget. Tapi seiring berjalannya waktu, Raini malah colong start buat kenalan sama dia dan keduanya mulai dekat. Apakah mereka bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya?

Pas beberapa waktu lalu mengajukan diri sebagai pembaca 30 halaman pertama di novel ini, langsung suka. Kayak biasanya, karyanya Kak Dy ini nggak bakalan nunjukin masalah di awal. Jadi ya pastinya bertanya-tanya terus. Bakalan kayak gimana. Pas bisa baca bukunya, rasanya puassss banget.

Membaca kisah Akasha-Raini ini awalnya agak membingungkan. Karena ada dua jenis cerita. Ada versi kertas putih, dan kertas hitam. Kertas hitam untuk keadaan saat ini, kalau kertas putih, menceritakan masa lalu Akasha dan Raini. Cukup menarik dengan alur maju-mundur di satu waktu, meskipun kalau nggak tau, rasanya jadi aneh. Pas ngebaca ini, aku agak bingung, soalnya yang ditunjukkin manis-manisnya terus. Gimana mereka awalnya ketemu, Akasha yang kalo di depan Raini mendadak kaku, gagu dan super awkward. Lucu banget interaksi mereka berdua.

Alur ceritanya juga cukup cepat menurutku. Karena dari jarak mereka ketemu sampai ke hubungan selanjutnya, kayak di fast forward gitu. Tapi begitu masuk ke konflik yang kecil-kecil, langsung agak melambat gitu. Ibarat mobil, habis dari kecepatan 60, langsung turun ke 40 terus 20. Konfliknya kukira bakalan yang santai-santai gitu, konflik pernikahan yang receh-receh, bertengkar manja. Tapi ternyata ENGGAK HEI! Ada konflik besar yang cukup bikin nyesek! Di sinilah mereka berdua kayak diuji banget banget. Harus bisa kuat dan saling menguatkan. Yang aku nggak suka di sini itu, endingnya! Nggak suka banget akuuuuu.. Endingnya terlalu banyak bawang! Aku sampe nggak bisa ngomong begitu baca endingnya. Jangan tanya kenapa! Karena kalian harus baca sendiri.

Yang aku suka di sini itu cara Akasha-Raini berusaha gimana caranya supaya mereka tetep komunikasi di saat mereka berdua sibuk. Jamnya mereka susah banget ketemunya. Apalagi kadang Akasha super sibuk, panggilan mendadak, sementara jadwalnya Raini jadwal orang kebanyakan. Nah, di sinilah mereka komunikasi dengan cara super lucu dan menarik buat aku. Suka aku sama caranya mereka. Bisa dicontoh nanti kalo aku sama pasanganku sibuk. Hahaha.. Jujur aja, novel ini banyak banegt ngajarin aku cara buat ikhlas, melepaskan dan komunikasi yang baik itu kayak gimana. Suka deh.

Quotable:

"Seperti yang dikatakan oleh pesohor terkadang keluarga bukan dengan siapa kita berbagi darah melainkan keluarga adalah mereka yang berbagi kenangan dan kehangatan." — P. 121

"Omongan Bapak tentang pertengkaran dalam pernikahan nggak selalu harus dihindari. Lebih baik bertengkar terus baikan daripada dipendam lalu meledak dan merusak semuanya." — P. 137

"Pernikahan mereka mungkin tidak selalu mulus. Ada banyak halangan dan rintangan seperti hari yang terkadang dihiasi hujan. Tapi mereka yakin mereka mampu melewatinya. Bersama." — P. 150

"Kita nggak bisa berantem, nyari alasan atau berdoa buat membalikkankematian. Yang bisa kita ubah cuma energi yang kita gunakan untuk berduka menjadi sesuatu yang lebih berharga seperti menjalani dan membangun kembali masa depan yang berantakan karena kematian." — P. 321