Wednesday, November 15, 2017

[Review] Labirin

 

Judul : Labirin

Penulis : Aci Baehaqie

Penerbit : Bhuana Sastra

Tebal : 357 Halaman

"Kayak kesempatan dan kehidupan yang baru yang kemudian hadir kembali, mengalir di antara manisnya rasa dari secangkir cokelat."


BLURB

Berbagai episode hidup telah dilewati Ayla, hingga pada suatu saat, ia membuat satu keputusan yang membawanya pada penyesalan panjang dan menyeretnya menuju sebuah labirin yang rumit. Labirin masa lalu itu harus ia lewati satu per satu, sehingga pada akhirnya, ia bisa menemukan jalan keluar, dan dengan rela melepaskan bagian yang amat berharga dalam hidupnya...

- - - - - - - -
Bercerita tentang kehidupan Ayla Dinata. Seorang arsitektur yang bekerja di perusahaan ternama. Di awal cerita, diceritakan Ayla sedang bertemu seorang laki-laki, kukira dia adalah cowok yang dikejarnya selama ini. Karena melihat dari gesture Ayla yang sedikit canggung. Tapi ternyata, laki-laki yang ditemuinya ini adalah salah satu sahabatnya di jaman SMA hingga kuliah. Selama ini, hidupnya hanya berputar-putar, berlari dan menghindari masalah apalagi masa lalunya. Baginya, setiap ada masalah, dia hanya bisa berlari.Karena dia selalu merasa salah mengambil keputusan, bahkan untuk hidupnya sendiri.
"Aku ingin tersesat, jatuh cinta, bercerita tentang kehidupan dan kehilangan." - P. 145
Itu adalah tujuan hidup Ayla. Dia benar-benar ingin pergi ke suatu tempat di mana tidak ada seorang pun yang dikenalnya, ingin jatuh cinta pada seorang asing yang ditemuinya di bandara. Ayla juga ingin berbagi cerita tentang kehidupannya dengan orang yang secara random ditemukannya di bandara. Dengan keinginan sesimpel ini, Ayla berharap hidupnya pun sesimpel itu. Tapi kenyataannya malah sebaliknya. Bahkan untuk urusan percintaan pun, Ayla juga masih harus berjuang keras.

Novel ini bagus. Mengajarkan kita banyak hal. Apalagi dalam kehidupan, apa yang kita mau, nggak harus selalu bisa kita dapatkan. Apalagi dalam hal cinta. Belum lagi banyak nilai kehidupan yang bisa diambil. Dan menurutku nyata banget. Meskipun alurnya maju mundur cantik kayak Syahrini. Tapi tetep aja bisa bikin aku terkesan buat bacanya. Konfliknya tuh real banget. Walaupun aku sedikit nggak suka sama tokoh Ayla yang kadang masih bingung, masih terlalu banyak pertimbangan, dan menurutku dia terlalu baik. Hahahah.. Tapi semuanya udah oke kok ;)

Quotable :
"Bandara adalah gerbang utama menuju tempat lain. Entah tempat itu sering kau kunjungi, atau barangkali tempat itu adalah tempat pertama yang kau datangi di luar tempat tinggalmu. Ada begitu banyak manusia setiap harinya yang keluar-masuk bandara. Entah dia akan pulang atau dia baru saja datang." - P. 33

"Rumah buatku adalah sebuah perasaan nyaman, sebuah perasaan ingin pulang kembali, dan sebuah rasa rindu karena sudah terlalu lama pergi jauh." - P. 47

"Dalam hidup, terkadang tidak penting bagaimana kamu memulainya, yang terpenting adalah bagaimana kamu mengakhirinya. Berhasil atau tidak tergantung perspektifmu. Mungkin, aku mengatakan bahwa kamu berhasil, mungkin juga ayahmu bilang kamu gagal." - P. 92

"Aku ingin mencintai seseorang tanpa lagi harus berucap, aku ingin mencintai seseorang dengan masakanku, aku ingin dia tahu, ada begitu banyak cara dalam mengungkapkan sebuah perasaan. Tidak hanya dengan kalimat, tidak hanya dengan visualisasi, tetapi juga bisa dari rasa masakan." - P. 122

"Laki-laki yang baik, enggak akan pernah menggunakan tangannya untuk berbicara, untuk didengarkan. Kalau menggunakan kekuatan fisiknya untuk didengarkan, percayalah, dia bukan laki-laki yang baik." - P. 141

"Enggak ada manusia yang pengin jadi sinis. Enggak ada manusia yang terlahir jadi pribadi yang sinis, mereka kayak gitu, gue kayak gitu, karena kehidupan yang brengsek ini yang menjadikan semua orang menjadi sinis. Kesinisan terbentuk dari ketidakberuntungan akan hidup. Asal lo tau aja." - P. 180

".. Orang menikah atas dasar rasa cinta yang besar, selamanya enggak akan bosan. Dan, kalau sampai dia bosan, berarti cintanya enggak sedalam itu." - P. 183

"Kalau ada orang yang benar-benar rela dia yang dicinta pergi sama orang lain, mungkin sebenarnya, orang itu enggak benar-benar mencintai. Karena, cinta itu bukan soal membebaskan, tetapi juga mengenai keegoisan. Egoislah untuk mencintai seseorang. Karena, ketika lo egois, lo bisa melakukan segala hal. Melindunginya, menyayanginya, dan menjaganya." - P. 183

"... Dan cara untuk bahagia yang paling mudah adalah berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan kegelisahan yang ada, berdamailah, Ay." - P. 281

"Jangan pernah menyesali semua keputusan yang telah kamu ambil, karena ketika kamu sudah ada di jalan itu, there's no way to turn back." - P. 302

"Lucu ya, sebuah ingatan itu. Dia bisa tiba-tiba hadir tanpa diminta, hanya dengan melihat lembaran foto bersama dengan dirinya, kemudian membuatku jatuh terjerembap kembali ke dalam kubangan hitam bernama kenangan." - P. 304

"Dia mencintai seseorang karena orangnya, bukan karena dia perempuan atau laki-laki. Itulah sebabnya, cinta pertamanya seorang perempuan, tetapi dia menilak cinta Emi, karena dia tidak mencintai Emi. Intinya adalah Igo mencintai manusianya, bukan kotak-kotak gender yang kemudian dialamatkan pada setiap umat manusia." - P. 308

"Bahkan tidak satu detik pun kamu pernah membuatku bersedih. Hal paling membahagiakan dalam hidupku adalah bisa bertemu dan jatuh cinta padamu. Namun, sering kali aku melupakan satu hal, kita berdua." - P. 318

"Bahwa nyatanya, melepaskan tidaklah semudah berkata, 'Aku pergi'." - P. 335

"Diri adalah keseluruhan dari segala sesuatu yang kita ingat. Jadi, yang membuat kita takut pada kematian bukanlah hilangnya masa depan, melainkan hilangnya masa lalu. Lupa merupakan sebentuk kematian yang hadir dalam kehidupan." - P. 339

"Sesungguhnya selalu terdapat beda antara melupakan dengan merelakan. Karena, merelakan adalah suatu keharusan yang hakiki, yang kemudian mutlak benar adanya. Namun melupakan benar-benar sebuah persoalan yang lain. Karena, ketika lidah dan hati menyebut nama yang sama, melupakan hanya bagian dari angan-angan semata." - P. 351 to 352

No comments:

Post a Comment