Judul : Someday 'Unexpected Love'
Penulis : Wiwi Suyanti
Penerbit : Kubus Media
Tebal : 405 Halaman
"Kue Dorayaki hanya ingin mengingatkanmu saja bahwa besok mungkin tidak akan sama dengan hari ini. Tapi hari-hari yang kulalui bersamamu adalah hari-hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku."
BLURB
Samantha menjalani hidupnya bagai di negeri dongeng. Ia menikah dengan teman sekolahnya, William, dan hidup bahagia meski tidak dikaruniai anak. Dunianya serasa runtuh saat sang suami divonis mengidap penyakit mematikan, dan mengharuskan William untuk segera memperoleh keturunan sebelum terlambat. William tak mampu. Dan hanya ada satu cara untuk mewujudkannya.
"Apa yang kamu minta dariku, adalah mustahil," bisik Samantha ketakutan.
Samantha tidak menyangka William akan meminta pertolongan Ralf--kakak William--untuk membantunya memperoleh keturunan. Ralf, si Monster Yeti yang menyebalkan itu? Musuh bebuyutan Samantha? Apa William sudah kehilangan akal sehatnya?
- - - - - - -
Awalnya, kehidupan Samantha memang baik-baik saja. Walaupun suaminya, William sedang sakit keras. Karena ia yakin, dengan berbagai pengobatan jaman sekarang yang sudah maju, dan pertolongan Tuhan, William akan kembali sembuh. Tapi, William malah sebaliknya. Dia merasa seakan dunianya runtuh, dan waktunya di dunia tak akan lama lagi. Kemudian, muncullah ide gila dari otak cerdasnya. Menyuruh Sam-nya berhubungan intim dengan sang kakak, Ralf, agar mereka memiliki keturunan Subrata secara langsung.
Sam udah ngasih pilihan, supaya dia nggak perlu berhubungan langsung sama Ralf, musuh beratnya, tukang palaknya, orang yang suka mengganti nama panggilannya, dan sederet nama buruk yang pantas buat Ralf. Sam menawarkan bayi tabung, dan Willy menolak mentah-mentah! Katanya nanti bisa dilacak sampe ke dokternya. Astagaaa.. Otaknya keterlaluan ya. Sampai akhirnya Ralf dateng ke rumah Willy, dan di kasih kabar begitu. Terang aja Ralf nolak. Bagi Ralf, Sam itu anak Tuhan, Suster Biara, dan sederet nama baik yang cocok disematkan buat Sam.
Kelanjutannya? Nggak usah ditanya lagi, mereka berdua menyetujui dengan berbagai macam syarat. Tapi kalo udah skinship dan hati ikutan main gimana dong? Selain itu, ada sisi lain yang Sam dan yang lainnya nggak tau, bahkan sampe Emma, adik kandung Ralf yang paling deket pun nggak tau!
Novel ini, sebenernya udah booming beberapa waktu lalu. Sekitar Juli akhir dan awal Agustus. Emang udah jadi novel inceranku. Tapi baru aku baca sekarang aja, pas lagi ada project baca bareng. Novel ini bagus *setiap novel juga dibilang bagus* Tapi ini beneran bagus! Meskipun adegannya explicit semua! Hahahaha.. Intinya, buat anak di bawah umur, jangan baca dulu ya dek adek. Jadi, yang aku suka banyak. Sifatnya Ralf. Entah kenapa, dari awal, aku nggak suka sama orang yang semacam Sam atau Willy. Too kind! OMG, di dunia nyata nggak ada loh. Ada sih temenku, sahabatku sendiri. Mungkin bakalan jadi Sam juga. Haahahah.. Maksudku tuh, nggak relevan banget. Why? Ya yang bener aja. Minta berhubungan intim sama sodara sendiri. Mending cerai lah ya. Meskipun itu dilarang di agama. Tapi gimana? Cowoknya gila juga.
Sejujurnya, dari awal, aku udah suka sama Ralf! Hahaha.. Soalnya, hmm.. Entah kenapa ya, cowok yang slengean kayak Ralf itu nyenengin loh orangnya. Dan yang nggak nyangka lagi, Ralf itu jauhhhhhhhhhhh lebih baik dibanding Willy. Jauh, jauh, jauh! Meskipun Ralf keliatan nakal, tapi sebenernya enggak. Dia punya alesan setiap kelakuannya. Dan aku yakin, kalian pembaca pun bakalan jatuh cinta sama tokoh Ralf.
"Semuanya akan berubah setelah ini, Liam. Meski aku akan tetap mencintaimu. Dan aku tidak tahu apakah kamu peduli." - P. 27
"Kalau saja kamu berani mengaku pada dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi, jangankan Samantha, kedua mendiang orang tuamu juga pasti tidak akan membencimu dan mencoret namamu dari daftar warisan." - P. 60
"Kalau masalah utama Sam adalah tidak pintar berkomunikasi dengan orang lain, maka masalah utama Ralf adalah ia tidak bisa memilah pembendaharaan katanya dengan bija. Membuatnya terdengar seperti mantan preman pasar yang tidak pernah sekolah." - P. 73
"Jadi bagaimana aku harus menghamilimu? Dengan ilmu telepati? Meminta spermaku terbang ke udara dan masuk ke tubuhmu?" - P. 97
"Tuhan membencinya sedemikian rupa hingga mengizinkannya terkena kanker, tapi Tuhan juga begitu menyayanginya dengan memberinya pasangan hidup seperti Samantha Andara." - P. 155
"Andai saja dari awal kita bisa bertemu dengan cara lain, bukan dengan cara seperti ini. Karena membencimu terkadang sangat melelahkan." - P. 179
"Maksudku, aku harus belajar untuk tidak bersikap sentimental saat kehilangan sesuatu." - P. 183
"Aku laki-laki, Sam, barangkali yang terbodoh yang pernah kamu temui. Tapi saat seorang laki-laki menyerahkan hatinya untuk perempuan, dia bukan hanya menjadi bodoh, tapi juga menjadi penakut. Percayalah, aku takut sekali. Aku takut semua ini hanya ada di dalam khayalanku." - P. 220
"Mereka bilang ... cinta pertama tidak akan mati. Kalau memang benar, lalu mengapa Samantha merasa segalanya tak sama lagi?" - P. 233
"Jangan menangis lagi, Mintak Telon. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Semua ini bukan sekadar percintaan kilat yang aku lakukan karena nafsu. Aku bercinta denganmu karena aku mencintaimu, karena aku membutuhkanmu dan aku akan hancur jika melihatmu menangis." - P. 258
"Aku barangkali berengsek di mata semua orang, tapi aku paling tidak bisa melihat perempuan menangis. Rasanya seperti melihat ibuku menangis." - P. 260
"Seandainya aku hamil di percobaan pertama kita ... aku akan senang mengetahui kamulah ayahnya. Aku akan memberitahu anakku bahwa ia memiliki seorang ayah yang luar biasa." - P. 273
"Jangan minta maaf untuk sesuatu yang tidak bisa kamu cegah." - P. 276
"Karena kamu bukan pelampiasan nafsu. Aku berhenti kalau kamu minta aku berhenti." - P. 315
"Sebeharga itu kamu buat aku." - P. 315
"Lalu yang terakhir aman, karena Samantha Andhara tidak akan pernah meninggalkannya. Tidak akan pernah." - P. 352
"Ya, apa pun itu. Dan aku bahkan tidak suka lagu rohani. Satu-satunya lagu gereja yang aku suka cuma Jingle Bells, karena mengingatkan aku bahwa Natal sudah dekat dan bakal banyak makanan gratis." - P. 375
"Karena tidak peduli sebenci apa pun aku untuk mengasihani diri sendiri, aku harus tetap mengakui bahwa aku ini pecundang besar." - P. 377
"Semua perempuan, Ben, menginginkan seseorang yang bisa mencintai mereka dengan bodoh." - P. 393
No comments:
Post a Comment