Saturday, November 25, 2017

[Review] Love Cake

 

Judul : Love Cake

Penulis : Jee

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 280 Halaman

"Jatuh cinta itu bukan tentang pilihan kayak lo mau makai jins atau rok, kemeja atau kaus. Lo mungkin bisa mikir, tapi lo nggak bisa milih mau jatuh cinta sama jaksa yang baik hati atau si berengsek dengan segala tabiat buruknya. Love isn't about thinking, but feeling. About heart not brain."


BLURB

Dua hal yang paling dicintai Luna di dunia ini adalah Nando dan pastry. Ia menyukai aroma roti yang menguar dari oven. Juga, menikmati bayangan lelaki pujaan hatinya di setiap cake yang ia ciptakan. Semuanya begitu manis seperti permen kapas merah jambu. Hingga Luna lupa rasa manis yang terlalu banyak dapat menimbulkan getir bahkan pahit.

Manis yang direguk Luna mulai luntur ketika ia mengikuti kompetisi membuat kue. Luna yang baru saja kehilangan pekerjaan, mengejar hadiah utama berupa kontrak kerja sebagai chef pastry di Delicious One Bakery. Namun, di tengah tahapan kompetisi yang berat, keadaan Nando yang menderita kanker mata memburuk. Luna didera dilema. Kompetisi itu akan menentukan masa depannya. Tapi ia juga tidak ingin menjadi kekasih yang buruk dengan meninggalkan Nando pada masa-masa sulit, demi impiannya.

Sementara itu, Aaron, saingan Luna di kompetisi selalu mengamati Luna dari jauh. Ikut tersenyum saat Luna senang, juga panik ketika Luna dalam kesusahan. Bagi Aaron, Luna akan lebih baik bersamanya, meninggalkan kekasih yang mungkin tidak akan menjamin masa depan gadis itu. Haruskah Luna membiarkan egonya menang sekaligus mengizinkan Aaron mengambil tempat Nando di hatinya.

- - - - - - - -
Bercerita tentang Luna, yang amat sangat mencintai dunia masak memasak, terutama bidang pastry. Bahkan dia sekarang bekerja di Home. Salah satu bakery milik Duta, sahabatnya, yang ternyata juga memiliki rasa terhadapnya. Hidupnya selama ini terasa indah. Meskipun orang tuanya sudah meninggal. Baginya, selama masih ada Nando, kekasihnya, semua akan baik-baik saja. Walaupun Nando sendiri baru saja kehilangan salah satu inderanya akibat kanker. Tapi baginya itu semua nggak masalah.

Sampai satu ketika, dia membuat masalah yang bisa dibilang cukup besar, dan mengakibatkan Dena, tester di Home membentaknya habis-habisan, dan keluarlah sebuah pengakuan dari Duta. Hal itulah yang membuat Luna akhirnya keluar dari Home dan menjadi pengangguran sementara.

Di satu sisi, Aaron, sepupu Yuda, salah satu temen Nando, entah kenapa selalu aja ketemu Luna. Tapi semuanya itu secara nggak sengaja. Entah yang ketemu Luna pas lagi di kafe sama salah satu dari sekian ceweknya Aaron, ketemu Luna di kafe Yuda, dan di tempat yang nggak terbayangkan sebelumnya. Satu waktu, mereka berdua bertemu kembali, di kompetisi yang diadakan oleh Delicious One Bakery, yang adalah tempat Aaron bekerja. Bagaimanakah kehidupan Aaron ke depannya?

Ini novel yang menurutku entertaining banget. Hahhaha.. Entah kenapa, baca ini cepet banget. Kayak kita dibuat penasaran di setiap halamannya, dan kita makin nggak sabar buat buka halaman selanjutnya, lagi dan lagi. Selain itu, kita juga belajar, bahwa cowok, kalo emang udah suka beneran sama cewek, dia bakalan lakuin apa aja, buat cewek yang disukai bahkan disayanginya kayak omongan Aaron di bawah.
"Saya bahkan sudah menerima syarat kamu. Berhenti jadi chef." - P. 275
Yep! Buat aku, kalau cowok udah mau ngerelain segala-galanya, bahkan salah satu impiannya, berarti cowok itu udah bener-bener sayang dan nggak akan mainin perasaanku. Tapi yang jelas, nggak semua cowok harus dipaksa untuk nggak ngelakuin apa yang udah jadi impiannya. Yah, tergantung tiap pribadi lah. Bisa aja kan lewat cara lain yang lebih 'manusiawi' dan nggak bikin orang yang denger langsung shock tiba-tiba. Dan, pesan terakhirku, selamat jatuh cinta sama buku ini ;)

Quotable :
"Every friends always looks good when they are going together." - P. 17

"Karena satu hati, satu jantung, dan satu otak kita kan saling sinkron dan cuma bisa terikat sama satu orang yang kita cintai. Jadi.. nggak mungkin banget ketika satu hati, satu jantung dan satu otak aku udah tersinkron sama kamu. Aku masih punya tempat untuk orang lain." - P. 60

"Ya, gimana Papa nggak gatel pengin ngejodohin kamu dan ngebuat kamu buru-buru nikah kalau kelakuan kamu kayak gini. Kamu macarin lima cewek dan dari reaksi yang udah kamu tunjukin ke aku entah kenapa ngebuat aku berpikir kalau kamu nggak benar-benar cinta sama mereka." - P. 123

"Kamu tahu, ekspresi di wajah kamu tadi mengingatkan aku sama ekspresi orang yang lagi berbunga-bunga karena mikirin sesuatu yang menyenangkan. Ya.. mirip-mirip gitu sama ekspresi orang yang lagi jatuh cinta." - P. 142

"Gimana bisa kamu nyuruh aku pergi saat keadaan kamu lagi seperti ini? Gimana bisa kamu nyuruh aku ninggalin kamu sementara aku cinta sama kamu? Gimana bisa kamu dengan entengnya bilang aku bisa nemuin laki-laki lain selain kamu di luar sana kalau satu-satunya laki-laki yang aku inginin cuma kamu? Gimana bisa aku nglakuin semua kalau seluruh hati yang aku punya udah kukasihin ke kamu?" - P. 163

"Karena bagi aku, saat ini bisa melihat kamu masih bangun dari tidur kamu, masih nemuin kamu bergerak dan kamu masih bernapas itu sudah sangat cukup jadi alasan buat aku  merasa bahagia." - P. 163

"Bersikap saja seolah semua sedang berjalan normal. Kalau aku baik-baik saja. Kalau kamu baik-baik aja. Maka yang perlu kamu lakuin adalah ngejalanin hari-hari kamu dengan sebagaimana mestinya. Supaya kalau tiba saatnya... ini nggak akan menjadi sebuah keadaan yang sulit buat kamu, Lun." - P. 173

"Seringnya ketika kita merasa sangat butuh hidup, ketika indah, kita sedang berjarak satu senti dari kehilangan atau kematian. Dan, dalam keadaan ini... aku bukan ngalamin satu di antaranya, tapi dua. Kematian dan kehilangan kamu." - P. 173 to 174

"Saya nggak keberatan kalau kamu bersandar di lengan saya selama delapan belas jam, tapi please, itu ... kuku-kuku kamu kayaknya nembus ke daging saya." - P. 200

"Karena saya cuma mau mastiin kamu nggak tersesat. Makanya saya lebih milih ikut kamu, jalan di belakang kamu dan selalu menuju ke kamu." - P. 211

"Bisa bertindak baik tetapi tidak bisa bersikap baik. Dasar pria aneh." - P. 214 to 215

"Yang ada di pikiran saya hanya bagaimana kamu bisa lari nemuin keramainan dan nggak celaka di tangan mereka. Saya nggak mau kamu kenapa-kenapa." - P. 218

"It's okay. Kalau separuh diri kamu nggak bisa nerima alasan kamu nangis karena kehilangan dia. Seengaknya kamu bisa menjadikan ramen itu sebagai alasannya." - P. 234

"Karena sebelum hari ini datang, otak saya bahkan nggak bisa mengenyahkan bayangan kamu yang menempel di sini." - P. 242

"Saya nggak tahu kenapa saya nggak bisa ngendaliin kecenderungan buat menuju ke mata kamu. Saya nggak bisa memblokir kaki saya yang melangkah tanpa perintah dan berjalan ke arah kamu. Bahkan sebelum kamu bisa melihat saya, saya sudah lebih dulu melihat kamu. Saya nyaris gila memikirkan kemungkinan itu." - P. 243

"Saya nggak tahu akan sejauh apa tubuh saya melakukan hal-hal yang tidak pernah terlintas di dalam kepala saya. Tapi saya berpikir, kalau apa pun yang saya lakukan bisa membuat kamu membalas perasaan saya. Maka saya akan melakukannya." - P. 252

"Dan kamu perlu tahu, melihat orang yang kita cintai adalah satu cara bahagia paling sederhana." - P. 253

"Accismus. Suatu keadaan di mana seseorang berpura-pura tidak tertarik pada sesuatu atau bisa jadi seseorang. Padahal sebenarnya dia tertarik." - P. 261

No comments:

Post a Comment