Saturday, December 16, 2017

[Review] Angel In The Rain


Judul : Angel In The Rain

Penulis : Windry Ramadhina

Penerbit : Gagas Media

Tebal : 459 Halaman

"Apakah kalian percaya pada keajaiban?"


BLURB

Ini kisah tentang keajaiban cinta.

Tentang dua orang yang dipertemukan oleh hujan.
Seorang pemuda lucu dan seorang gadis gila buku
yang tidak percaya pada keajaiban.

Di Charlotte Street London, mereka bertemu,
tetapi kemudian berpisah jalan.

Ketika jalan keduanya kembali bersilangan, sayangnya
luka yang mereka simpan mengaburkan harapan.
Ketika salah seorang percaya akan keajaiban cinta,
bahwa luka dapat  disembuhkan, salah seorang lainnya
menolak untuk percaya.

Apakah keajaiban akan tetap ada
jika hati kehilangan harapan?
Apakah mereka memang diciptakan untuk bersama
meski perpisahan adalah jalan yang nyata?

- - - - - - - -
Diceritakan dari sudut pandang ketiga orang serba tahu, yaitu Goldilocks, menceritakan tentang bagaimana Gilang pergi ke London untuk menemui sahabat yang juga orang yang dicintainya, Ning. Di sisi lain, ada juga Ayu, yang sedang dalam masa pelariannya, akibat orang yang dicintainya memilih masa lalu. 

Gilang dan Ayu dipertemukan oleh takdir di satu toko buku tua di London. Kecintaan mereka pada buku lama lah yang mempertemukan mereka. Dan entah apa yang merasuki Ayu saat itu, dia malah membelikan buku yang sedang dicari oleh Gilang. Harapannya, nanti akan dia kirimkan ketika kembali ke Jakarta. Tapi tak ada yang menyangka, bahwa takdir kembali mempertemukan mereka lewat hujan. Dan selalu hujan.

Gilang dengan sisi lucunya, dan Ayu dengan sisi ketusnya. Ayu berlaku demikian, agar dia tidak lagi tersakiti karena cinta. Tapi apakah dia bisa menahannya? Seperti yang kita tau, kalau cinta tidak bisa dikontrol. Bagaimana dengan Gilang? Bisakah Gilang melupakan Ning dan kembali jatuh cinta?

Novel ini asik. 1 kata itu yang keluar pas aku pertama kali banget baca ini. Kenapa? Karena diceritakan dari sudut pandang ketiga serba tahu, dan cara menceritakannya kayak dongeng gitu. Meskipun banyak orang yang bilang, harusnya aku baca London dulu sebelum baca ini. Tapi menurutku cerita ini asik-asik aja kok, meskipun nggak baca London dulu.

Meskipun menyenangkan, tapi aku ada beberapa hal yang nggak aku suka. Sama tokohnya sih. Hahaha.. Ayu, dia terlalu takut untuk mengakui kalo dia jatuh cinta. Takut untuk kembali jatuh cinta. Karena ketakutan yang berlebihan ini lah yang malah bikin dia mMlaierusak hubungannya dengan Gilang. Tapi tetep, habis itu takdir nemuin mereka lagi. Emang ya, kalo udah sama takdir, kita tuh nggak bisa ngapa-ngapain. Hahaha..

Quotable :
"Sahabat tidak akan pernah bisa menjadi kekasih, itu memang benar." - P. 53

"Jadi, pada malam tersebut, aku turun menyapanya. Aku memutuskan untuk memberinya payung merah. Aku memilihnya. Aku--Ah, bukan. Alam semesta mempunyai rencana untuknya." - P. 73

"Saya rasa--Semua orang ingin percaya pada harapan." - P. 117

"Itu memang bukan pertemuan yang paling romantis, aku setuju dengan kalian. Tetapi, Sayang, itu tidak terlupakan." - P. 138

"Meskipun memberikan rasa tenang, kopi hitam tetap saja pahit dan menyengat." - P. 170

"Aku tidak berminat mempertanyakan pemikiran. Aku menyukai apa yang kutulis. Itu mewakili diriku. Dan, aku tidak melihat alasan mengapa aku harus berubah." - P. 174

"Malaikat yang turun bersama hujan, keajaiban cinta, hal-hal semacam itu tidak ada. Itu ilusi.Sesuatu yang kita ciptakan untuk mengaburkan kenyataan." - P. 184

"Tentu saja, tidak semua pertemuan di dunia sesederhana pertemuan dua orang tersebut. Seringnya rencana alam begitu rumit hingga kalian tidak dapat melihat jejaknya. Dan kalian akan menyebutnya kebetulan selama itu tidak dapat dipahami." - P. 204

"Yang benar, Sayang, hujan selalu turun setiap dia dan si pemuda lucu bersama. Dan, itu bagian dari rencana besar alam. Takdir, bukan kebetulan." - P. 218

"Tidak ada yang terjadi tiba-tiba. Segala sesuatu ada permulaannya. Ada kejadian demi kejadian yang mengarahkanmu ke situasi ini. Ada pertanda. Ada serpihan-serpihan yang tercecer. Kau hanya tidak menyadarinya." - P. 277

"Ciuman yang sempurna, Sayang, konon adalah ciuman yang membuatmu tidak tahan untuk tidak mengakhirinya hanya karena ingin tersenyum." - P. 288

"Kau tidak dengar kataku tadi? 'Pernah', kataku. Dulu, ya, aku menginginkan Ning. Sekarang, perempuan yang ingin kumiliki adalah kau." - P. 352

"Manusia memercayai apa yang ingin mereka percayai. Seringnya, mereka hanya membohongi diri sendiri." - P. 368

No comments:

Post a Comment