Tuesday, December 26, 2017

[Review] Falling Star


Judul : Falling Star

Penulis : Christina Tirta

Penerbit : Gramedia

Tebal : 246 Halaman

"My extraordinary falling star."


BLURB

Pernah jatuh cinta pada seseorang yang luar biasa
keren tapi selalu menganggapmu hanya sebagai
adik manis yang lucu?

Begitulah nasib Anya Abigail selama bertahun-tahun.
Gigit jari karena William Anthony yang notabene sohib
kakaknya sendiri dan juga vokalis grup band Falling
Star yang beken dan keren hanya menganggapnya
sebagai adik sohibnya yang dijaga.

Tadinya Anya sudah menguburkan cinta pertamanya yang
telanjur kandas di tengah jalan. Namun, kehadiran
cowok misterius yang bernama Louis mengubah
segalanya. Louis aka Lou yang muncul secara misterius
ternyata bocah titisan "setan" yang dulu pernah
membuat Anya keki setengah mati.

Ah, jadi, sebenarnya siapa sih yang diinginkan Anya,
William atau Lou?

- - - - - - - -
Anya Abigail, cewek yang hobi lari pagi, menganggap bahwa lari pagi itu bagian dari hidup sehat yang sedang digalakkannya. Pagi itu, dia bertemu dengan Louis, Lou, cowok yang sering melemparinya dengan batu yang meninggalkan bekas sampai saat ini. Sejak itu, Lou selalu menemani Anya lari pagi.

Di sisi lain, Allen, kakak Anya, memiliki sebuah band yang bisa dibilang sedang naik daun. Bukan band yang dikenal layaknya artis, tapi band yang manggung dari cafe ke cafe. Sahabat Allen yang sangat dekat adalah William. Vokalis bandnya. Allen yang sudah menemaninya sejak jaman kuliah. Tak ada yang tahu bahwa Anya menyukai Wil, dan sebaliknya.

Bermula dari datangnya Lou, Wil mulai gencar mendekati Anya. Malah dia sempat hampir mencium Anya! Wah, wah, untung saja Allen nggak tau. Kalo sampe tau kan bisa berabe. Hahahaha.. Tak hanya sampai di situ saja, Anya malah semakin dibuat bingung dengan kelakuan Allen dan Lou. Hmm.. Kalo begitu siapa yang bakalan dipilih sama Anya ya?

Novel pertama kak Christina Tirta yang aku baca. Walaupun novel-novel sebelumnya juga menjadi incaranku. Cuma karena keadaan keuangan yang berbanding terbalik sama keinginan, jadi cuma bisa lewat giveaway aja. Hehehe.. Novel ini menarik menurutku. Anya yang kebingungan memilih, antara cowok yang sudah dicintainya sejak lama, atau cowok yang selalu ada buat dia.

Menurutku, alurnya sedikit cepat, tapi tetap bisa dinikmati. Penokohannya juga kuat kok. Tapi ada satu hal yang kusayangin. Endingnya drama abis! Aku semacem shock pas baca endingnya. Mengagetkan, tapi juga drama abis! Hahaha.. Overall oke kok dibaca anak jaman now. Hihihi..

Quotable :
"Kebahagiaan bukanlah cita-cita nalar, tetapi cita-cita imajinasi?" - P. 41

"Beda level, An. Simpelnya gini deh, banyak hal yang bisa bikin gue senang. Antara lain kayak yang Allen bilang, makan enak, tidur enak. Tapi sedikit hal yang benar-benar bisa bikin gue bahagia." - P. 42

"Iya gue tahu. Gue cuma nggak mau Anya kecewa dan patah hati lagi." - P. 98

"Beda sama kalian, para cewek, kami nggak terlalu suka mendramatisasi kesedihan kami. Lo boleh sebut kami pengecut; kami punya kadar ketakutan yang lebih tinggi daripada kalian soalnya." - P. 122

"Mm, bisa jadi. Seenggaknya lo satu-satunya cewek yang gue kenal dengan potongan rambut cowok dan tetap kelihatan seksi." - P. 155

"Cinta itu bukan sesuatu yang bisa lo dikte, Anya. Gue nggak percaya cinta yang nggak egois. Gue juga nggak percaya cinta yang harus berkorban. Kita saling mencintai, kenapa kita harus saling mengorbankan perasaan?" - P. 160

"... Bukannya gue nggak mau punya pacar serius. Tapi gue nggak sadar... Selama ini gue berlari dan mencari. Nggak taunya cewek yang gue cari ada persis di depan hidung gue." - P. 161

"Dalam mencintai seseorang, lo harus berani mengambil risiko. Ditolak, dicampakkan, dikecewakan, sakit hati. Lagian, apa lo yakin kalau lo mencari jalan aman dengan memilih the sweet guy, lo bakal bebas dari risiko itu?" - P. 165

"Kayak buka Hansaplast yang udah nempel lama, do it quick. Makin cepat lo tarik, makin cepat penderitaan lo berlalu." - P. 166

"Mungkin ini alasannya para pria berselingkuh. Memutuskan seseorang yang sebenarnya masih disayangi ternyata merupakan siksaan mahadasyat. Memilih satu di antara dua pilihan yang sama-sama kausukai ternyata lebih berat daripada menghadapi ujian lisan. Mungkin pada dasarnya setiap manusia itu egois." - P. 167

"Karena baginya, lebih baik bisa berlari sebebas-bebasnya dengan risiko jatuh dan terluka daripada tidak pernah bisa berlari." - P. 190

"Kejujuran memang seperti mata pisau. Bisa membantumu melepaskan tali yang membelit ikatan di tanganmu. Namun, sekaligus bisa mengiris tanganmu dan menorehkan luka." - P. 214

No comments:

Post a Comment