Sunday, February 18, 2018

[Review] Purple Eyes


Judul : Purple Eyes

Penulis : Prisca Primasari

Penerbit : Inari

Tebal : 142 Halaman

"Di setiap kesedihannya, menyelusup rasa itu. . . rasa yang dia harapkan, yang diiringi rasa syukur karena dirinya masih mampu mengenang mereka berdua."


BLURB

Karena terkadang, tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi.

Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.

Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.

Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.

- - - - - - - - 
Jadi, novel ini menceritakan tentang Hades, Dewa Kematian yang bertugas di bagian transit sebelum  manusia memutuskan akan meninggalkan dunia atau kembali ke dunia, dan Lyre, asistennya yang sudah bekerja selama 120 tahun. Kali ini, Hades memiliki tugas yang mengharuskan dia pergi ke bumi untuk memberi hukuman pada pelaku pengambilan lever berantai. Iya, pembunuhnya ngambilin lever ke korban. Entah buat apa. Creepy enough lah pokoknya.

Hades dan Lyre ke bumi untuk menemui Ivarr, agar Ivarr bisa membunuh pelakunya. Karena Hades tidak mungkin turun tangan langsung. Bisa-bisa kembali muncul kabar seperti beberapa waktu lalu. Cara Hades kali ini adalah melalui pendekatan. Tapi bukan dia yang melakukannya, Lyre yang melakukan.
"Bukankah lebih baik tidak merasa sama sekali, daripada merasa sakit?" - P. 95
Hades merasa, Ivarr perlu diberi sedikit 'kehangatan' agar dia bisa melanjutkan rencananya. Yang dia tidak sadari adalah, kemungkinan Lyre jatuh cinta pada Ivarr.

Novel kedua kak Prisca yang kubaca setelah Love Theft, waktu itu, aku sempat bertemu kak Prisca secara langsung. Dan ternyata, kak Prisca ini orang yang sedikit introvert menurutku. Karena dia sedikit kesusahan mencari topik kalau nggak ada yang mulai. Hahahaa.. Tapi buatku itu biasa aja kok. Manusia pasti ada kelemahannya kan? Kalau aku membahas novel ini, cukup satu kata. Keren. Udah, nggak ada lagi yang bisa aku omongin. Karena novel ini bener-bener magis.

Beberapa kali kudengar, ceritanya kak Prisca itu magis. Bisa bikin kita kayak lagi di sana atau lagi jadi pemerannya. Belum lagi, meskipun novel ini bersub genre fantasy romance, aku bisa tetep aja baca tanpa bermasalah. Karena jujur aja, novel fantasy selalu bikin aku mikir tinggi. Hahaha..

Overall, novel ini bener-bener seru buat dibaca. Apalagi novelnya nggak tebel-tebel banget. Cuma 142 halaman. Jadi, ya bisa lah buat dibaca sekali duduk.

No comments:

Post a Comment