Wednesday, May 23, 2018

[Review] Heartbreaking Marriage


Judul : Heartbreaking Marriage

Penulis : Lovya Diany

Penerbit : Diandra Kreatif

Tebal : 290 Halaman

"Jika waktunya sudah tepat, kebahagiaan itu akan selalu hadir di tengah dua insan yang selalu saling memperjuangkan."


BLURB

Jika seorang pria bersikap baik padamu, tolong jangan salah paham. Seperti Delia Paramitha yang terbuai dengan sikap baikku, dia menganggap aku menyukainya. Bahkan yang lebih parah, Delia memintaku untuk menikahinya. Menikah dengan fashion designer tak pernah ada dalam kamus hidupku, apalagi aku sudah memiliki seseorang yang aku sayangi. Tapi permintaan itu tak bisa aku tolak, meski aku tak pernah mencintainya.
- Raka Pradipta

Di usia 23 tahun, aku pikir hidupku baik-baik saja. Sampai suatu saat, kekasihku mencampakkan aku begitu saja. Beruntung, aku bertemu dengan Raka Pradipta. Dia sosok yang baik, sopan, dan tampaknya menyukaiku. Aku mengajaknya menikah agar bisa melupakan mantan kekasihku. Kabar baik, dokter tampan itu bersedia menikahiku tanpa penolakan. Aku yakin, menikah dengan Raka adalah caraku untuk mengenal kebahagiaan baru.
- Delia Paramitha

Dua insan biasanya menikah karena cinta. Namun, Delia dan Raka menikah karena memiliki alasan masing-masing. Raka adalah harapan Delia untuk menemukan kebahagiaan baru. Namun, akankah harapan itu terwujud bila Delia tidak pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup Raka? Apa alasan keduanya sehingga tetap melangsungkan pernikahan?

- - - - - - - -

Raka Pradipta, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja di sebuah rumah sakit di Jakarta, nggak menyangka hidupnya bakalan berubah dalam satu permintaan sebuah direktur rumah sakit tempatnya bekerja. Bagi Raka, hidupnya akan baik-baik saja, bersama Rena, suster sekaligus kekasihnya selama dua tahun ini. Tapi nyatanya? Dia harus menikahi anak dari direktur rumah sakit tersebut.

Delia, desainer baju pernikahan yang dengan mudah menyimpulkan bahwa dokter Raka yang seminggu ini merawatnya, menyukainya. Pikiran yang agak lucu sebenarnya. Hanya karena kebaikan merawat selama seminggu ini. Padahal, kita tau sendiri kan, bahwa dokter ya sudah selayaknya bersikap baik terhadap pasiennya. Anehnya, Raka langsung menyetujui permintaan ini. Apa alasannya?
"Cinta tak butuh waktu yang lama untuk bersemi. Aku pun tak tahu, mengapa aku sering mengingatmu. Saat aku merasa resah karena kamu mengacuhkanku, aku tak bisa konsentrasi bekerja. Saat itulah, aku sadar bahwa aku jatuh cinta." — P. 169
Witing tresno jalaran soko kulina. Mungkin itu kata yang tepat buat mereka. Meskipun pada awalnya mereka kayak orang asing karena Raka yang nggak menginginkan pernikahan ini, toh mereka akhirnya bisa jadi kayak pasangan yang sewajarnya. Mulai makan malem bareng, meskipun belum bikin anak bareng. Hahaha.. Tapi, tentu aja Delia sama Raka nggak langsung bahagia. Tetep aja ada bagian 'pembalasan dendam' dari orang yang nggak suka sama hubungan mereka dan beberapa kejadian yang nggak diinginkan.

Keren! Cuma itu yang bisa aku omong pas baca novel ini. Apalagi waktu adegan Rena dan Delia bertengkar. Bener-bener keren banget. Raka jadi heroik banget di sana. Jadi pengen punya pasangan dokter kan. Hahaha.. Sejak awal tau kalo novel ini ada unsur dokter-dokternya, aku udah pasang standart. Minimal kayak di drama korea yang aku tonton. Meskipun realitanya, pekerjaan Raka nggak begitu ditekankan. Cuma sebagai dokter, dan beberapa penyakit dalam yang dijelaskan dalam foot note. Untuk Delia, menurutku, penjelasan profesinya sangat jelas. Karena di novel dijelaskan bahan apa saja, kain yang seperti apa. Jadi senggaknya kita punya gambaran jelas.

Selain itu, menurutku, kelakuan Rena di sini sedikit drama. Karena tingkah lakunya kayak anak kecil yang mainannya direbut sama temennya. Padahal melepaskan itu lebih baik, kan? Daripada menahan sakit terus-terusan? Sisanya? Nggak ada. Novel ini rekomen banget buat kalian. Aman untuk anak di bawah umur, karena adegan 18+-nya nggak ada. Hehehe.. Novel ini ngajarin kita, bahwa apa yang kita inginkan tuh nggak selamanya bisa kita dapetin. Dan cobalah untuk belajar nerimo, sama apa yang kita dapatkan saat ini.

Quotable :
"Kematian sudah digariskan oleh takdir. Kita tak bisa menyalahkan siapa pun saat seseorang meninggalkan kita untuk selamanya. Kuatlah, Nak. Kamu masih punya harapan. Belajarlah dari semua ini. Tuhan sedang memberimu pelajaran agar kamu lebih mandiri dan menghargai hidupmu." — P. 47

"Satu hal yang menjadi kunci dari sebuah pekerjaan adalah rasa bahagia. Saat kita merasa bahagia dengan pekerjaan yang dijalani, akan ada banyak kebaikan yang kita dapatkan." — P. 119

No comments:

Post a Comment