Judul : Terbang
Penulis : Silvarani
Penerbit : Noura Publishing
Tebal : 272 Halaman
"Aku menepati janjiku, kan? Inilah kebebasan."
BLURB
Terbanglah, Chun! Terbanglah menembus langit!
Mimpi-mimpimu tergantung di sana.
Siang yang terik. Badan kuyup keringat dan kaki tanpa alas, A Chun mengintip ke dalam kelas. Di sana A Lie, kakaknya duduk menyimak tekun. A Chun hanya dapat berhaap, suatu saat dia juga bisa duduk menyimak pelajaran. Bungsu dari delapan bersaudara itu harus menelan pil pahit, karena keluarganya hanya mampu menyekolahkan A Lie.
Untunglah, guru-guru A Lie mengizinkan A Chun masuk kelas. Bagaimanapun hidup A Chun tak lantas berjalan mulus. Nasibnya kembali dipertaruhkan ketika dia lulus SMA dan hijrah ke Surabaya.
Air mata, keringat dan rasa putus asa hampir saja merenggut semangat A Chun. Satu yang selalu diingatnya: dia harus terbang menggapai impiannya.
- - - - - - - -
A Chun, sosok anak kecil dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Hidup di Tarakan bagi keluarganya tak begitu mudah. Selain keluarganya yang berjumlah 10 orang, dengan Ayah dan Ibunya, serta 7 saudaranya. Di keluarga A Chun, tak ada yang mengenyam pendidikan, hanya A Lie, kakak ke-7 A Chun, selain kekurangan biaya, A Lie sendiri anak yang cepat tanggap, hal inilah yang membuat kedua orang tuanya berpikir kalau A Lie bisa mengenyam pendidikan. Kegiatan A Chun sehari-hari hanya pergi ke pantai, tempat di mana dia bisa melihat birunya laut dan juga langit, dan bermain ke pasar Lingkas.
"Adik saya ingin sekolah, tapi papa saya kesulitan biaya. Bisakah nilai-nilai bagus saya di sekolah menjadi bayarannya?" — P. 63A Lie yang mendengar keinginan A Chun ingin bersekolah pun berusaha memikirkan bagaimana caranya agar A Chun juga bisa bersekolah. Akhirnya, dia berusaha meminta beasiswa atas nilai-nilai yang selama ini dia hasilkan dan juga kemenangan atas lomba yang dia dapatkan. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar untuk A Chun bersekolah, dengan catatan, A Chun harus terus mendapatkan nilai yang baik. Hal itu terus berlanjut hingga SMA. Selepas SMA, A Chun berpikir bahwa dia harus terus melanjutkan pendidikannya. Dia ingin mengubah hidupnya, dia tidak mau hidup sangat sederhana begini. Di Surabaya lah akhirnya dia memutuskan untuk emlanjutkan pendidikannya, tapi apakah jalannya semulus itu?
Novel ini, kereeeennn banget! Jadi pengen nonton filmnya juga, karena kemarin filmnya tayang cuma sebentarrrr banget, padahal aku ada urusan, jadi nggak keburu nonton filmnya. Kenapa aku bilang novel ini keren? Karena novel ini ngajarin kita untuk terus berusaha mendapatkan apa yang kita mau. Apalagi waktu A Chun kuliah di Surabaya, buat aku itu perjuangan banget. Dia kuliah, tapi juga sambil kerja, sambil usaha cari duit, biar uang bulanan yang dikirimin cukup buat dipake sebulan untuk biaya hidup sama biaya sekolah juga. Selain itu, kita juga diajak buat nggak gampang menyerah. Selalu ada jalan. Banyak jalan menuju Roma. Nggak cuma itu aja, nilai kekeluargaannya kentel banget, kayak susu kental manis.
Untuk kekurangannya, menurutku novel ini ada plot hole-nya di beberapa bagian. Karena aku ngrasa waktunya jadi loncat-loncat gitu. Tapi overall, novel ini bagus banget buat dibaca anak jaman sekarang. Apalagi yang sering bolos-bolos kuliah. Sadarin aja, kalo kuliah itu nggak gampang, paham kok. Apalagi kalo udah skripsi, malah nggak dilanjutin. Padahal itu adalah tantangan terakhirnya kuliah. Sayang banget kan? Ada juga kadang yang udah males-malesan. Padahal cuma kuliah aja. Nggak pake kerja, nggak perlu pusing mikirin biaya kuliah, fasilitas juga udah lengkap. Semoga setelah baca ini, kalian semangat lagi ya!
Quotable :
"Tak perlu banyak harta untuk menciptakan suasana bahagia dan tenteram karena harta termahal itu sendiri adalah keluarga." — P. 45
"Berarti, kamu harus kejar keinginanmu! Terbang Chun! Terbang seolah kau punya sayap!" — P. 248
No comments:
Post a Comment