Judul : Song for Alice
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Twigora
Tebal : 319 Halaman
"Saya beruntung bertemu dengannya dua belas tahun lalu. Saya beruntung memilikinya sekarang."
BLURB
SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU
ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.
Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice—perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.
Memang benar, Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.
Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruang tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?
- - - - - - - -
Alice Lila, perempuan yang kini menjadi pemilik resmi Lilt, sekolah musik yang sudah didirikan beberapa tahun lalu oleh kakeknya. Tujuan dari sekolah musik ini ya membentuk anak-anak yang jadi pemusik yang baik. Selain itu, sekolah musik ini juga punya arti, Lilt itu berarti ritme yang riang. Supaya setiap orang yang datang ke tempat itu, dia bakalan main musik dengan riang. Itu maksud kakeknya dulu. Sayangnya, sekarang semuanya terbalik.
"Hidup ini singkat, Saudara-saudara. Kenapa harus menghabiskannya dengan mengurung diri di studio, padahal kita bisa sungguh-sungguh hidup?" — P. 36Arsen Rengga, vokalis rocker yang sedang naik daun, digandrungi banyak remaja dan juga suka mabuk-mabukan akhir-akhir ini. Akibat pemberitaan tentang dirinya dari seorang kritikus musik, membuatnya lalai dan mengalami satu kecelakaan. Dari kecelakaan itulah, dia kemudian sadar, bahwa dia bisa sewaktu-waktu pergi. Dan kenapa dia nggak mulai mengurangi saja dosa-dosanya dan menebus kesalahannya di masa lalu? Akhirnya, dia memutuskan kembali ke rumah Alice selama masa pemulihannya.
Alice awalnya menolak keras dia kembali. Mengingat apa yang sudah dilakukannya di masa lalu. Belum lagi hal tersebut menyangkut kakeknya. Tapi, Arsen akhirnya menemukan celah agar Alice mau menerimanya kembali. Lilt. Sekolah itu sedang dalam masa resesi yang membuatnya menjadi sepi, tak seperti dulu. Perlahan, Arsen mulai banyak membantu Alice. Tapi apakah hal itu cukup untuk Alice? Apakah Alice bisa menerimanya kembali?
Oke, karya kesekian kak Windry. Tapi novel pertamanya yang bikin aku mewek! Ada bawang di mana-mana! Kesel. Aku benci endingnya. Awalnya kukira ending yang bikin nangis itu cuma bercandaan anak-anak grup, atau sekadar kebawa perasaan gitu. Eh ternyata beneran dong!
Oke, balik ke review yang sebenernya. Hahaha. Novel ini bagus, meskipun flashbacknya itu nggak ada bedanya sama saat ini. Aku sempat beberapa kali kecele karna kukira di masa kini. Tapi setelah itu, aku bisa nglewatin dengan baik semuanya. Kak Windry, seperti biasa, selalu punya cara untuk bikin karakternya menyebalkan sekaligus loveable. Alice Lila contohnya, kayak susahhhhh banget buat dia untuk yakin sama perasaannya. Jadi geregetan sendiri. Belum lagi kalo dia udah kayak nolak-nolak perasaannya. Beuh, rasanya pengen jedotin kepala ke tembok saking keselnya.
Overall, ini novel terbaik kak Windry menurutku. Terbaikkkk banget. Mulai dari penokohannya sampe alurnya! Terus belum lagi persahabatan yang diceritain di dalemnya, bener-bener kayak nunjukin ke kita, kalau sahabat yang sebenernya ya kayak begini ini. Sumpah deh, aku pengen cerita banyak, tapi takut spoiler. Hahaha.. Intinya, kalian buruan baca aja dah. Biar nggak penasaran.
No comments:
Post a Comment