Saturday, September 8, 2018

[Review] Never Let You Go


Judul : Never Let You Go

Penulis : Titi Sanaria

Penerbit : Namina Books

Tebal : 234 Halaman

"Karena aku mencintaimu berkali-kali lebih banyak. Jadi jangan pernah tinggalkan aku lagi."


BLURB

Bagi Bayu, Renata adalah lambang sebuah tembok kokoh yang tak tergoyahkan.
Gadis itu berbeda daripada semua gadis yang pernah dikenalnya, baik penampilan maupun sikapnya. Mungkin itulah yang kemudian membuatnya jatuh cnta.
Hanya saja, mencintai gadis yang lebih suka mengepakkan sayap dan terbang seperti burung daripada tinggal diam, itu tidak mudah. Namun, jauh lebih sulit membayangkan hidup tanpa gadis itu.

Ketika Bayu mengira Renata akan tetap di sisinya, gadis itu memilih melepas Bayu untuk mengejar impiannya. Bayu harus memutuskan, apakah dia menyerah dan menyelamatkan harga diri, atau tetap mencari jalan untuk menggapai cinta Renata?

- - - - - - - - -

Renata, cewek mandiri dan hidupnya bisa dibilang nomaden, alias berpindah-pindah tempat. Hidup sebagai fotografer freelance di National Geographic, membuat dia malah amat sangat sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Punya apartemen sendiri, nggak bikin dia betah. Apartemen cuma sekadar tempat menginap sementara. Hotel baginya.
"Rena sebenarnya baik. Dia tidak selalu menyebalkan. Kamu hanya perlu mengenalnya. Dia bertingkah seperti itu untuk menjaga hatinya sendiri."  — P. 43
Bayu, anak pemilik resort ternama, pada waktu itu, dirinya diharuskan datang untuk sebuah meeting. Karena sudah terlambat, dia harus bergerak cepat. Akibatnya, dia nyetir cepet-cepet, dan tara... dia nabrak cewek yang lagi nyebrang. Ya Renata. Yang akhirnya membawa mereka dalam satu hubungan.

Awalnya, Renata risih banget sama Bayu. Gimana nggak risih kalo tiap hari didatengin di rumah sakit, pulang dianter, belum lagi saban hari Bayu juga dateng ke apartemen Renata, bawain dia makanan cepat saji, kayak pizza gitu. Makanya Renata makin risih juga. Selain itu, ada juga Ruby dan Dito. Ruby ini anak temen papanya Bayu, tapi nempeeelll banget sama Bayu. Sejak kecil, dia ngira Bayu ini Prince-nya, dan Bayu sendiri nggak ngelak atau gimana. Ya makin jadilah Ruby. Kalau Dito, dia ini sahabatnya Renata, cowok sepekerjaan.

Ketika hubungan Bayu dan Renata sudah makin dekat, Renata harus pergi. Dia ikut memotret di wilayah perang. Sayangnya, di sana Renata kecelakaan. Apakah dia akan selamat? Bagaimana nasih Bayu selanjutnya?


Ah, novelnya kak Titi ini selalu bisa ya. Bisa untuk bikin kita terkagum-kagum sama sosok cewek yang mandiri. Mirip-mirip lah tokohnya sama tulisan babang Simamora. Nggak menyek ceweknya. Nggak cuma itu aja, di sini, kita diliatin juga, gimana sifat Bayu yang kalo udah sayang, dia bakalan berjuang segimana juga. Meskipun kadang emosinya nggak bisa dijaga, dan malah bikin dia kesel sendiri. Bikin dia malah terlambat untuk tau hal penting lainnya.

Novel ini seru banget. Meskipun awalnya aku kesel sama Rena. Dibaikin cowok ganteng kok nggak mau. Tapi ternyata ada alasan atas kelakuan dia di atas semua itu. Kalau bisa kubilang, novel ini agak mirip sama Masih Tentang Dia, dengan penulis yang sama. Karena sifat Renata ini keras kepala dan berpendirian. Sama kayak Lila.

Quotable :
"Hanya orang yang berarti bagimu yang bisa membuatmu kesal. Kenapa? Karena kamu tidak akan menghabiskan banyak waktu memikirkan sikap dan perbuatan orang yang tidak kamu anggap." — P. 44

"Perempuan, Yu. Seperti yang orang-orang bijak bilang, sulit hidup dengan mereka, tapi juga mustahil hidup tanpa mereka. Nikmati saja." — P. 49

"Aku optimis, tetapi tidak mau takabur. Pelan-pelan saja. Bahkan batu cadas yang keras luluh oleh tetesan air dan bisa membentuk stalaktit yang indah." — P. 56

"Terkadang tidak butuh alasan untuk jatuh cinta. Kamu bisa dengan mudah menyebutkan sifat jeleknya, kan? Tapi itu tidak akan membuatmu berhenti untuk peduli. Cinta memang konyol seperti itu." — P. 70

"Cinta akan selalu membuatmu jadi murahan, dan aku tidak keberatan. Sama sekali tidak." — P. 123

"Kamu tahu apa itu cinta? Hanya perasaan sesaat yang tidak bisa dilihat wujudnya. Sejenak kamu merasakannya, kemudian hilang. Bukan sesuatu yang abadi." — P. 150

"Kamu boleh membenci semua hal, asal mencintaiku. Itu cukup. Aku tidak akan melepaskanmu." — P. 159

"Aku sungguh ingin tahu, yang tidak kamu percaya itu diriku atau dirimu sendiri? Karena kalau kamu yang tidak percaya aku, hubungan ini sudah salah sejak awal. Untuk bersamaku, kamu benar-benar harus percaya padaku." — P. 169

"Kamu terlalu lembek untuk jadi lelakinya. Dia seharusnya bisa menjadikan kamu tempatnya bersandar. Sekuat apa pun kelihatannya, dia tetap saja seorang perempuan. Dia punya batas sendiri." — P. 202

No comments:

Post a Comment