Monday, June 1, 2020

[Review] 90 Hari Mencari Suami

Judul : 90 Hari Mencari Suami

Penulis : Ken Terate

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 364 Halaman

"Katanya, tiga puluh itu usia terbaik. Beneran nggakk tuh, El? Gue kan baru tiga tahun lagi ngerasain usia tiga puluh. Katanya udah terbebas dari jerawat, tapi belum terserang menopause."


BLURB

Eli panik saat resmi berusia 30 tahun.
Mimpi-mimpinya tentang “sukses sebelum 30 tahun” kandas seketika karena dia tak hanya belum menikah, tetapi juga tidak punya pacar sama sekali. Kariernya? Sama karamnya dengan kapal Titanic. Dia masih menjadi budak artis di Glow Event Company dan sadar tak bakal pernah naik pangkat menjadi artis itu sendiri.

Kepanikannya berlipat-lipat saat adik perempuannya, Lisa, akan segera menikah. Waduh! Dalam budaya Jawa, ada mitos mengerikan; jika kamu didahului menikah oleh adikmu, kamu bakal jadi jomlo. Selamanya.

Eli tak tahu apakah dia ingin menikah dan membangun keluarga. Tetapi, dia yakin tak ingin menua sendiri. Masalahnya, jika tak mau jadi lajang abadi, dia harus menemukan suami dalam waktu kurang dari 90 hari!

Kayak masih belum cukup, Eli dipecat dari pekerjaannya! Adakah yang lebih mengerikan dibanding berusia 30 tahun dan nggak punya pekerjaan?

Ada!

Berusia 30, jobless, jones alias jomlo ngenes, dan terancam jadi perawan tua.

- - - - - - - - -

Eli, seorang yang percaya bahwa di umur 30, dia bakalan sukses dengan pekerjaan yang bagus, karier yang menanjak dan pasangan yang bisa selalu ada untuknya. Tapi sayangnya, pekerjaannya saat ini malah nggak bikin dia happy-happy amat. Pekerjaannya cukup nyenengin sih, bisa ketemu sama artis siapa aja, tapi ya gitu. Harus legowo sama tingkah artisnya juga dan nggak boleh ngomel. Kepo sama kerjaannya? Dia bekerja di sebuah Event Organizer tempat artis-artis yang biasanya langganan menggunakan jasa mereka untuk mengadakan sebuah acara.
"Believe me, marriage is overrated. Orang-orang memuja perkawinan setinggi langit, padahal gh, faktanya, ugh, tengiknya hanya beda-beda tipis dengan tai kucing." P 54
Sebenarnya Eli nggak masalah dengan hal itu. Baginya, selama dia bisa membeli beberapa sepatu branded kesayangannya, itu sudah bikin dia bahagia. Tapi sayangnya, adiknya akan menikah beberapa bulan lagi. Dan menurut beberapa mitos, kalau udah kelangkahan sama adiknya, dia bakalan susah untuk mencari jodoh. Duh. Nggak kelangkahan aja dia udah susah cari jodoh, apalagi ini kalo kelangkahan.

Akhirnya, teman-temen sinting Eli, menyarankan, kalau Eli harus bisa cari minimal pacar yang bisa diajak serius dalam waktu 90 hari! Gimana bisa? Wong Eli kalo kerja aja udah nggak kenal waktu. Mana bisa nyisihin waktu buat pacaran? Buat tidur bisa tidur layak tujuh atau delapan jam aja udah bagus. Lagian dia juga harus cari di mana cowok yang bisa diajak serius? Emangnya cari cowok sama kayak cari gorengan?


R E V I E W

Ada yang inget 30 Hari Mencari Cinta? Nah! Ini mirip banget kayak begitu. Cuma, ini Eli sendirian mikirin strugglenya, yang nggak cuma ngurusin pekara cari jodoh aja, tapi juga pekerjaan yang kadang nggak masuk akal. Ya meskipun gajinya cukup untuk Eli bersenang-senang, tapi ya gitu deh.

Selain menceritakan tentang Eli, di sini juga ada dua sahabat yang selalu ada pas Eli lagi butuh. Sandra dan Rosa. Sahabat yang sebenernya bertolak belakang banget. Karena Sandra yang gaya hidupnya udah kayak orang luar negeri yang ngelakuin seks bebas, pokoknya nggak ada gaya ketimurannya lah. Sudah menikah juga, tapi sering ditinggal sama suaminya, karena suaminya kerja di tengah laut sana. Sedangkan Rosa, dia cewek baik-baik gitu, beda banget sama Sandra. Buat aku, saat ketiganya kumpul, di sanalah kelucuan mereka bakalan keliatan.

Aku suka sama novel ini. Apa ya? Ngebawa apa yang dipikirin cewek-cewek di umur 30 yang kayak kita semua tau sendiri, punya banyak tuntutan. Apalagi kalau dilihat lagi, Eli yang dulu tinggal di Jogja, dan juga keluarga besarnya yang masih menganut berbagai macam mitos yang sering kita dengar. Mulai dari kalau menikah jangan sampai dilangkahin adik, karena kalu dilangkahin, bisa berat jodoh. Menikah juga jangan sampai melampaui umur 30 karena kalau nggak, nanti berat jodoh. Padahal sebenernya ya enggak. Karena untuk apa cepet-cepet juga? Kalau sudah menikah dan nggak cocok, nggak semudah kayak waktu pacaran yang bisa putus dan cari lagi kan?


Quotable:
"Aduh, omongan orang, kalau diturutin nggak bakal selesai. Kita sibuk membuat orang-orang bahkan orang yang kita benci, terkesan." P. 65

"Jangan takut. Kalau ada sesuatu yang kusadari dari kegagalanku adalah cinta itu seperti pasir. Bila kaugenggam terlalu erat, dia akan menelisip jatuh lewat jemarimu. Dia akan meninggalkanmu bila kamu terlalu terobsesi. Jodoh seperti kupu-kupu yang harus kamu dekati dengan santai dan lembut." P. 192

"Itulah cinta. Nggak bisa dihitung pakai logika. Logika gue apa coba? Jatuh cinta pada buaya brengsek. Udah beristri pula. " P. 210

"Nak Eli, dengar ini, waktu akan cepat sekali berlalu. Jangan buang tiap detiknya. Jangan melakukan hal-hal konyol yang akan kamu sesali. Tetapi yang lebih penting, segera lakukan hal-hal yang mungkin akan kausesali bila tidak kaulakukan." P. 227

"El, ada hal-hal yang perlu kita lepas agar langkah kita lebih ringan." P. 313

No comments:

Post a Comment