Tuesday, April 17, 2018

[Review] SIN


Judul : SIN

Penulis : Faradita

Penerbit : Kubus Media

Tebal : 443 Halaman

"Pada akhirnya, kesempatan kedua akan selalu ada, bahkan bagi mereka yang berdosa."


BLURB

Ametta Rinjani
Cewek paling cantik di sekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apa pun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl dengan mantan hampir di mana-mana. Niatnya hanya satu, membuat semua cowok bertekuk lutut di bawah kakinya, kemudian menendangnya jauh-jauh.

Raga Angkasa
Cowok pendiam yang tidak  pernah suka menjadi sorotan di sekolah. Lebih senang menyendiri di taman belakang jika teman-teman futsalnya sedang sibuk merokok di kantin. Ia hanya punya satu tujuan, menjauh dari cewek bermasalah manapun hingga lulus nanti.

Metta merasa menemukan mainan baru dalam penolakan Raga. Jika cowok itu menyebut dirinya adalah sumber masalah, maka dengan senang hari ia bersedia membuktikan seberapa besar masalah yang bisa ia berikan.

- - - - - - - - -

Awalnya, Metta adalah cewek yang suka membuat para lelaki jatuh di bawah kakinya, membuat mereka seolah-olah menang di antara teman-temannya, dan kemudian menendangnya kembali. Sama seperti hubungannya dengan Rio. Tapi, Rio bukan kayak cowok kebanyakan. Selain lebih dalam masalah finansial, Rio juga tipe orang yang maju terus pantang mundur. Hal inilah yang membawa Metta bertemu dengan Raga. Cowok yang sama sekali nggak peduli sama dia. Yang bahkan nggak nafsu sama dia.
"Jangan pernah main-main sama nafsu cowok. Seorang cewek gak bisa ngasih liat tubuhnya ke sembarang orang hanya untuk meminta perhatian. Kalo cowok itu emang bener peduli sama lo, dia gak perlu melihat semua ini." - P. 91
Seperti yang dijelaskan di blurb, Raga selalu menyebut Metta adalah sumber masalah. Jadi, Metta dengan senang hati menggodanya. Apalagi, Metta sendiri juga menemukan rahasia kecil dari kehidupan Raga. Lalu, mengapa mereka disebut pendosa? Apakah hubungan dekat cewek dan cowok adalah sebuah dosa? Atau malah ada rahasia lain di balik hubungan mereka berdua?

Sejak munculnya Sin di media sosial, aku udah ngincer buku ini. Sama kayak Someday-nya Wiwi Suyanti, buku ini punya magnet tersendiri untuk segera dimiliki. Nah, akhirnya kesampaianlah sekarang. Novel ini menarik. Sejak awal, kelakuan Metta, sikap cuek Raga bahkan keseharian mereka sudah menarik perhatian. Apalagi kelakuan Metta yang selalu bikin heboh seisi sekolah. Selalu bikin cowok-cowok tuh nggak mampu lah nolak dia.

Selain itu, konflik yang dipake Kak Fara di sini bisa dibilang cukup rumit ya. Apalagi status Metta yang ternyata bukan anak kandung. Melainkan anak angkat. Hal inilah yang makin bikin kita ngomong, "Wah.. Jadi begini." pas bacanya. Jadi novel ini rekomen banget nih buat kalian yang pengen baca novel yang agak complicated gitu. Nggak hanya itu, kita juga diajarin buat gimana sih cara melepaskan masa lalu dengan baik dan nggak selalu bawa-bawa hal itu ke masa depan.

Quotable :
"Mungkin, itulah kenapa kejujuran sulit untuk ditemukan. Karena selalu berdampingan dengan kenyataan yag sering kali terlalu pahit unutk menjadi nyata." - P. 101

"Karena lo gak bisa selalu bergantung sama mereka. Lo bernilai, saat lo bisa ngedapetin apa yang lo mau pake kedua tangan lo sendiri." - P. 165

"Kesempatan kedua hanya untuk orang yang sudah menyia-nyiakan sesuatu dan masih sombong ingin memiliki. Tidakan bodoh yang dilakukan dengan megizinkan seseorang menyakiti lagi. Kesempatan kedua sama sekali bukan kesempatan. Itu adalah percobaan kembali memberikan kaca retak kepada penghancurnya, untuk kembali dipatahkan." - P. 172

"Pacaran itu... bukan cuma buat seneng-seneng, tapi juga buat belajar jadi manusia yang lebih baik." - P. 224

"Apa pun itu yang membuat Metta takut pada hujan, Raga yakin ia bisa menjadi payung yang kuat untuknya." - P. 280

"Cinta bukan hanya milik manusia, ada tangan Tuhan di dalamnya. Dan Abang harus yakin jika Tuhan akan selalu membantu kita." - P. 354

No comments:

Post a Comment