Wednesday, August 29, 2018

[Review] Unconsiously in Love


Judul : Unconsiously in Love

Penulis : Kincirmainan

Penerbit : BIP Gramedia

Tebal  : 459 Halaman

"Hidup seseorang itu berharga. Nggak cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang menyayangi kita."


BLURB

Aku Kekira Lamusu. Pendamba cowok-cowok sampingan, bukan cowok yang digilai banyak perempaun. Aku menyebutnya sebagai sindrom Elektra.

Suatu hari sewaktu aku sedang mengurus pernikahan—mmm, pernikahan orang, bukan pernikahanku, aku bekerja di wedding organizer—takdir mempertemukanku dengan Raksa Hardian, si calon superstar sekaligus pewaris takhta Hardian Group.

Aku sih biasa saja, tapi Raksa sepertinya tertarik padaku. Sampai-sampai dia mengajakku untuk menikah.

Aku?

Tentu saja mau. Siapa juga yang akan menolak cowok dan kebahagiaan yang akan Raksa berikan?

Sindrom Elektraku? Lupakan saja dulu.

- - - - - - - - - -

Kekira Lamusu, cewek yang memiliki sindrom Elektra—dia yang menamainya sendiri—sindrom yang suka pada cowok sampingan alias cowok yang biasanya nggak keliatan kayak tokoh utamanya. Yang keliatannya biasa-biasa aja.
"Nggak semua orang akan menerima Raksa apa adanya kalau tahu siapa dia sebenernya. Apalagi seseorang yang menerima kompensasi sakit hatinya dalam bentuk uang yang sangat banyak." — P. 85
Seperti yang diceritakan di blurb, Keke—panggilan Kekira—bertemu dengan Raksa di sebuah pernikahan yang sedang diurus oleh Keke. Awalnya, Keke jelas aja nggak tertarik sama Raksa. Tapi Raksa bisa mendekatinya perlahan, memberi banyak hadiah, dan tak lama kemudian, mengajak Keke menikah. Sesuatu hal yang nggak biasa. Dan selama ini, track record Raksa juga anak baik-baik. Bukan anak nakal. Nggak hanya itu aja, tepat sebelum pemberkatan pernikahan, Raksa tiba-tiba membatalkan pernikahan mereka. Tepat di depan Romo! Dan tanpa alasan yang jelas dan logis. Terang aja ini bikin Keke keki setengah mati. Anehnya, beberapa bulan kemudian, Raksa ditemukan overdosis obat tidur! Dan dari beberapa media sosial yang dia punya, dia mengatakan bahwa dia masih mencintai Keke. Loh? Terus kenapa dia meninggalkan Keke di altar? Dan selama Raksa tak sadarkan diri inilah, Keke mulai menemukan rahasia keluarga Hardian termasuk latar belakang kenapa Raksa meninggalkannya!


Novel kedua Tante Kin! Huahh.. Dengan cover berwarna pink yang menarik mata, aku kira bakalan dapet kisah yang manis! Ternyataaaaa.. aku tertipu! Banyak rahasia dan intrik-intrik tersembunyi. Udah kayak sinetron sama kehidupan artis-artis pada umumnya gitu (ya kan ini temanya artis gitu). Nah, nggak cuma itu aja, rahasianya inilah yang bikin kita penasaran. Selain itu, di sini juga menyangkut mental seseorang gitu. Paket lengkap gitu deh. Dapet romance, sama psikologi.

Untuk karakternya, seperti biasa, Tante Kin berhasil dong bikin karakter di tokoh ini lucu-lucu, geregetan! Gimana nggak geregetan kalo kelakuan Keke yang keras kepala abis, Thomas a.k.a Top yang super menyenangkan, belum lagi Tante Yoona yang selalu drama queen dan lebai abis.

Novel ini ada bumbu-bumbu Kpopnya. Tapi buat kalian yang nggak doyan Kpop, nggak usah bingung atau mendadak ilfeel. Karena novel ini tuh cuma pemanis aja Kpopnya itu. Aku sendiri juga nggak begitu suka Kpop kok. Tapi pas baca mah enak aja, santai. Jalan terus.

Quotable :
"Jangan merasa paling menderita, karena masih ada yang lebih mendeita dari kamu. Jangan sampai kesedihan memberimu hak untuk berlama-lama berkubang di dalamnya..." — P. 169

"Jatuh cinta itu perkara sepele, demikian juga patah hati." — P. 280

"Luka karena cinta itu begitu mengerikan. Dia mengubah segala sesuatu yang indah dan penuh kerli cahaya menjadi kelam dan memilukan." — P. 293

"Kadang, cinta memang membuat hal-hal yang semula manis dan mendebarkan menjadi sekadar rutinitas." — P. 295

"If it's love, it's better. Meskipun pada akhirnya akan jadi rutinitas yang membosankan. tanggung jawab yang memberatkan, atau muncul risiko kehilangan, tapi itu masih lebih baik jika itu benar cinta." — P. 296

"Terkadang, yang paling sulit dari kegagalan adalah menerima kegagalan lain saat lo berpikir ini waktunya buat berhasil." — P. 347

No comments:

Post a Comment