Thursday, November 22, 2018

[Review] Divortiare


Judul : Divortiare

Penulis : Ika Natassa

Penerbit : Gramedia

Tebal : 320 Halaman

"After all, this is not the time to question what is right and what is wrong with this relationship, right?"


BLURB

"Commintment isn't a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you got one, it sticks to you hard and deep."

"Jadi lebih penting punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?"

Pernah nonton Red Dragon? Aku masih ingat adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat bekas luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata, "Our scar has a way to remind us that the past is real."

Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kebencian luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.

Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang seharusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.

Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn't want it to.

- - - - - - - - - -

Alexandra, cewek yang workaholic abis. Apalagi setelah cerai dari Beno, mantan suami dokternya. Seringkali, dia mendapat ejekan dari temannya, bahwa posisinya sekarang sebagai banker, dia bisa manage relationship yang baik dengan pengusaha yang menitipkan usaha mereka di bank Alexa bekerja, tapi nggak bisa me-manage hubungannya sendiri dengan suaminya.
"...bisakah kita membenci dan sekaligus mencintai seseorang begitu rupa pada saat bersamaan?" — P. 80
Beno, dokter bedah yang cukup banyak jam terbangnya. Hal inilah yang kemudian membuat Alexa jadi uring-uringan karena saat dia udah di rumah, Beno bahkan belum pulang. Atau di saat dia lembur, Beno malah udah di rumah. Nggak pernah cocok jadwalnya mereka. Karena itulah,  Alexa akhirnya meminta cerai.

Anehnya, setiap kali dia sakit atau nggak enak badan, orang pertama yang dipanggil itu ya Beno. Anehnya lagi, mereka kadang ketemu secara tiba-tiba. Nggak direncanakan, dan juga, mereka tiap ketemu itu selalu ribut terus. Kayak adaaaaaa aja yang perlu diributin sama mereka berdua. Entah Beno yang nggak jawab pertanyaan Alexa, atau Alexa yang nge-gas tiap diomongin. Sampai akhirnya, Wina, sahabat Alexa, mulai mengenalkannya pada Denny, cowok yang pernah bertemu dengannya saat mereka sedang melanjutkan kuliah di Australia. Akankah Denny bisa menggantikan posisi Beno?


Novel kedua kak Ika yang aku baca. Awalnya, aku nggak tau kalo novel ini tuh ada. Karena aku sempet liat film pendek buatan salah satu sekolah tentang ini. Dan akhirnya, barulah aku tau kalo film pendek itu adaptasi dari novel kak Ika.

Novel ini cukup menarik, membahas tentang bagaimana Alexa berusaha untuk melupakan Beno. Mulai dari struggle dari luar, misalnya lingkungan kerjanya sendiri yang berkenalan dengan banya orang hingga sahabatnya sendiri, yang mulai mendekatkan Alexa ke beberapa teman lelaki mereka, hingga dari dalam, dari dirinya sendiri. Selama ini, dia selalu mikir semua itu ya salahnya Beno, kenapa dia nggak merhatiin Alexa, dan sebagainya. Padahal mereka cuma kurang komunikasi, itu aja sih menurutku.

Selain itu, novel ini tuh nggak cuma sekadar novel aja, tapi kita diajak juga untuk menyelami pekerjaan Alexa sebagai banker. Di sini banyak banget penjelasan mengenai pekerjaan Alexa, dan juga pengertiannya. Jadi meskipun banyak istilah ekonomi, nggak akan bikin kita bingung. Aku sebagai pembaca berasa baca novel berbobot ekonomi, karena pembahasan tentang keuangannya cukup mendalam. Sementara untuk pekerjaan Beno, nggak begitu dijelaskan secara detail sih.

Quotable :
"..Gue dan Beno dulu memang saling mencintai, tapi mungkin gue dan dia terlalu keras kepala dan egois untuk saling mengalah demi menyelamatkan pernikahan kami." — P. 165

"Commitment is a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you get one, it sticks with you hard and deep. Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika rasanya benci banget melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did. And you;re fine without any tattoo for a while." — P.. 229

"Gue sadar kenangan nggak bakal bisa dihapus. Anggap aja kenangan itu bagian dari hidup gue yang dulu, yang juga membuat gue jadi gue yang sekarang. Gue cuma perlu mengalami kenangan-kenangan baru yang lebih indah. Hidup kita nggak harus ditentukan masa lalu kan, Lex?" — P. 258

"Kamu mau tahu kenapa aku setuju menceraikan kamu? Karena aku nggak mau hidup bersama perempuan yang memang udah nggak mau hidup bersamaku lagi." — P. 282

No comments:

Post a Comment