Friday, November 16, 2018

[Review] Welcome Home, Rain


Judul : Welcome Home, Rain

Penulis : Suarcani

Penerbit : Gramedia

Tebal : 300 Halaman

"Apa pun yang terjadi, mulai sekarang tolong percaya bahwa aku akan selalu berusaha untuk memercayaimu. Bahwa aku adalah salah satu momen yang membentuk melodi dalam hidupmu."


BLURB

"Kamu tahu apa bedanya mimpi dan ambisi, Ghi?"

Ghi tidak mau lagi menyanyikan Welcome Home, Rain, lagu duet ciptaan Kei. Sejak pemuda itu memergoki Kei keluar dari kamar hotel dengan bos perusahaan rekaman terkenal, ia tidak lagi mau berhubungan dengan segala hal tentang gadis yang menjadi kekasih sekaligus pasangan duetnya. Toh, job menyanyi masih mengalir deras untuk Ghi yang sudah lebih dulu tenar dan dipuja banyak orang.

Bagi Kei, skandal itu menutup pintu mimpinya. Bermain piano dan menyanyi tidak lagi dapat dilakukan tanpa menghadirkan perih di hati. Bahkan omela Mama yang setiap hari mengisi hari-hari mereka dalam kemiskinan setelah Papa bunuh diri tak mampu memaksanya kembali ke dunia musik.

Hingga tawaran duet di panggung pada hari Valentine tiba. Baik Ghi ataupun Kei tidak dapat mengelak. Ghi butuh membuktikan kepada fans dan haters yang mengejeknya cengeng karena belum bisa move on. Kei butuh uang untuk melunasi utang Mama yang tak sanggup lepas dari hidup mewah.

Dengan kembali berduet di panggung, mereka berusaha memahami arti mimpi dan ambisi yang sesungguhnya.

- - - - - - - - - -

Keira, seorang cewek yang hidupnya lagi di titik rendahnya. Kehilangan Ayahnya dan hartanya. Beruntung Ayahnya masih memiliki beberapa asuransi yang bisa digunakan untuk biaya kuliahnya. Ya, untuk biaya kuliahnya masih ada, tapi untuk biaya hidupnya? Sebenernya cukup-cukup aja, kalau Mamanya nggak hedon-hedon amat. Mendadak 'jatuh' bikin Mamanya nggak siap untuk kehilangan kenikmatan untuk beli barang branded kayak dulu. Keira sebenernya bisa aja kembali menjadi pianis di salah satu kafe milik kakak temannya. Tapi sejak skandal yang pernah terjadi dulu, dia memilih untuk nggak kembali ke dunia yang disenanginya dulu. Piano.
"Lo patah hati, Ghi. Terlalu dalam. Setiap orang memang punya cara sendiri untuk menghadapinya. Namun dengan begini, lo hanya akan bikin semuanya tambah parah."— P. 42
Ghi, laki-laki yang sedang naik daun dan suka tebar pesona. Saat ini, dia sedang bingung karena Soraya, managernya, tidak teliti dalam membaca kontrak yang diberikan oleh salah satu acara untuk Valentine Day. Di acara tersebut, dia diharuskan duet dengan Keira, cewek yang bikin dia uring-uringan sampe sekarang. Alasannya cuma satu, Keira kepergok lagi di hotel sama salah satu produser yang cukup terkenal. Selama ini, Ghi berpikir bahwa apa yang membuat Kei memilih untuk pergi dengan produsernya, ada yang salahkah sama dia? Yang ada dipikiran Ghi, hanyalah Kei yang matre, Kei yang pura-pura sayang sama dia. Bagaimana kenyataannya?

Kei sendiri, sebenernya berulang kali berpikir mengenai tawaran bermain piano di kafe milik kakak Donna, sahabatnya. Apalagi berduet dengan Ghi. Tapi karena mamanya lagi-lagi membuat masalah, akhirnya dia terpaksa menerima keduanya. Awalnya ia berpikir, melakukan hal ini diam-diam, karena ia nggak mau direcoki mamanya seperti dulu lagi. Tapi sayangnya hal itu nggak bertahan lama. Mamanya pun tau apa yang dia lakukan dan dari sanalah semua rahasia terbongkar.


Novel ini, sudah ada di lemariku sejak setaun yang lalu. Hahaha.. Jujur aja, aku bukan tipe orang yang suka baca buku yang lagi hype. Karena buku ini waktu itu nge-hype, ya aku memilih nggak beli dulu. Eh, dibelikan sama temen. Ya sudah, aku sendiri juga nggak begitu tertarik, makanya kuanggurin di lemari sampe setaun. Hahaha..

Dan ternyata, aku melewatkan hal ini. Novel ini terlalu bagus untuk dianggurin. Beneran deh. Aku nggak ragu untuk kasih 10/5 bintang saking bagusnya. Pas bawa ini, beneran cuma 3 jam aja, disambi makan dan mandi tentunya. Awalnya kukira ini cuma pekara cinta, ambisi dan keluarga aja. Ternyata lebih dari itu! Astaga, complicated banget. Mulai dari mamanya yang ngeselin, ternyata ada latar belakangnya sendiri, kematian papanya Kei, persahabatan Donna dan Kei, hubungan Kei dan Ghi, dan juga hubungan Ghi dengan keluarganya. Ribet kesannya. Tapi bener-bener menarik banget. tenang aja, menurutku nggak ada yang kurang dari novel ini. Karena kak Suarcani berhasil untuk bikin semuanya selesai perlahan-lahan, penyelesaian yang pas dan tepat pada waktunya. Nggak terkesan terburu-buru apalagi plot hole. Hehehe..

Quotable:
"Setiap luka itu butuh obat, Ghi. Termasuk sakit hati. Tapi kalau ngobatinnya saja lo nggak mau, kapan luka lo sembuh?" — P. 42

"Hargain dikit diri lo, Ghi. Patah hati bukan alasan untuk jadi liar. Membenci itu wajar, tapi kalau sampai lo benci diri sendiri karena patah hati sebegitu dalam, itu sudah kelewatan namanya." — P. 117

"Mimpi, kamu yang mengejar. Sementara ambisi, kamu yang dikejar. Mimpi, cita-cita... itu tidak akan pernah lenyap, bisa kita gapai kapan pun kita mau selama kita berusaha. Tidak peduli hari ini, besok, ataupun lusa. Mimpi uga tidak akan membuatku berkorban secara ekstrem, tidak pula membuatku kehilangan hal-hal yang sangat berarti selama aku mengejarnya. Mimpiku, cita-citaku, semua masih ada, Ghi. Walaupun sementara kukorbankan untuk Mama, keluargaku satu-satunya." — P. 234

"Sama halnya dengan lagi, setiap kehidupan memiliki melodinya sendiri. Not-not itu adalah momen-momen dalam hidup. Setiap susunannya akan menghasilkan suara yang berbeda. Komposernya memang Tuhan, tapi sebagai pemain, kita hanya harus menemukan melodi yang tepat agar hidup ini terasa indah seperti sebuah lagu. Pilihlah momen-momen terindah dalam hidup, rangkai semuanyadan jadikanlah itu sebagai melodi. Mainkan mereka dengan lebih kuat, tonjolkan dari moemn lain. Dengan begitu kita akan tahu, bahwa bagaimanapun Tuhan merancangnya, maka lagu kehidupan kita akan terasa indah. Terasa bahagia." — P. 295

No comments:

Post a Comment