Monday, November 19, 2018

[Review] Dongeng Tentang Waktu


Judul : Dongeng tentang Waktu

Penulis : Titi Sanaria

Penerbit : Gramedia

Tebal : 329 Halaman

"Ini melegakan sekaligus membahagiakan, Mia. Tapi kurasa aku harus memberi penjelasan lebih. Aku telah menyiapkan pidato panjang yang bagus sebagai testimony yang akan membuatmu sulit menolakku kembali."


BLURB

Bram meninggalkanku saat upacara pernikahan kami sudah di depan mata. Begitu saja. Tanpa alasan jelas. Dan kuhabiskan ratusan hari hanya untuk berusaha melupakan laki-laki itu. Untunglah kesibukan sebagai dokter residen membantuku melangkah ke depan, apalagi kemudian aku bertemu Pram, pria yang membuatku tertarik. Aku berpikir, inilah saatnya aku melanjutkan hidup.

Namun Bran tahu-tahu kembali, justru ketika aku mulai mengisi hari-hariku dengan Pram. Hatiku bimbang. Yang menyesakkan, di tengah kegalauan itu, sekali lagi aku ditinggalkan. Bukan hanya oleh Bram... atau Pram. Melainkan oleh keduanya.

Sungguh, sesulit itukah mendapatkan cinta sejati?

- - - - - - - - -

Mia, seorang dokter yang ditinggal pergi tanpa alasan yang jelas oleh pasangannya saatsedang menulis siapa saja yang datang di pesta pernikahan mereka. Selama ini, Bram memang pamit buat membatalkan pernikahan mereka, tapi dia nggak ngasih alasan, kenapa dia harus ninggalin Mia, dan setelahnya, Bram bener-bener menghilang, nggak ada kabar. Akhirnya ya dia hanya menikmati kesendiriannya, berpikir kenapa Bram meninggalkan dia dan hal lainnya. Untungnya, kehidupan residennya nggak buruk-buruk amat karena ada Harso, dokter cowok yang selalu nggombalin dia, dan Radit. Yah, minimal hidupnya nggak hambar-hambar amat lah.
"Memangnya untuk tinggal serumah orang harus punya selera yang sama?" — P. 65
Pram, sahabat Radit yang sejak awal sudah sedikit menyebalkan karena sifat super bersihnya. Keadaan di Pasarwajo, Sulawesi Tenggara, ya namanya agak masuk pedalaman atau desa, ya mana bisa minta makanan atau tempat makan yang bersih? Ada warung aja harusnya udah bersyukur. Karena kalo emang mau makan makanan yang kerenan dikit, kudu ke BauBau sana, dan itu cukup jauh. Tapi sifat Pram ini sebenernya pendiem orangnya, kalo nggak diajak ngomong, ya dia bakalan diem aja. Pengamat gitu dah. Nggak cuma itu aja dia ini suka fotografi gitu. Selama di sana, dia capture everything yang menurut dia bagus. Dan emang hasilnya bagus-bagus!

Sekembalinya Pram ke Jakarta, nggak membuat hubungan mereka renggang. Hubungan mereka cukup dekat malah. Meskipun sama-sama sibuk, seenggaknya, mereka tuh masih chattingan gitulah. Sayangnya, di saat hubungan mereka makin dekat, ada satu kejutan dari Pram dan juga Bram. Pram ternyata bukan orang biasa-biasa aja! Bukan alien juga sih. Hahahaha.. Selain itu, Bram kembali. Iya, setelah empat tahun, dia balik, dia bilang masih sayang sama Mia, dan menjelaskan alasan kenapa dia harus ninggalin Mia dulu. Lalu siapakah yang akan dipilih Mia?


Hmm.. Kayaknya dari sini aku bisa nebak nih, gaya ceritanya kak Titi ini selalu diceritain dari sisi ceweknya. Selain itu, selalu ceritanya mirip-mirip. Ceweknya yang galau gitu, atau ada masalah dalam rumah tangga. Menurutku seru sih. Meskipun kadang aku cukup bosan di awal, karena terlalu banyak narasinya. Did I mention you all about this? Tapi nggak papa, meskipun di bagian awalnya kita kayak digiring naik ke konfliknya, di bagian pertengahan sampe akhir tuh seru banget, bikin nggak mau lepas sama novelnya. Jadi ya seru-seru aja buatku.

Menurutku, aku suka dengan karakter Mia, cewek mandiri, tapi agak galau juga. Sayangnya, sekali dia dikecewain, dia bakalan susah untuk percaya sama orang lain lagi. Tapi menurutku lumrah lah dia bersikap kayak gitu. Semua orang kalo habis dikecewain pasti begitu kan? Untuk karakter Harso, Radit, Asty dan Nina, sahabat Mia, aku juga suka. Mereka menyenangkan dan support banget sebagai sahabat.

Oh iya, untuk penjelasan tempatnya, kak Titi kece banget lah. Bisa ngejelasin tempatnya sedetail mungkin. Jadi pas aku nggambarin lewat imajinasiku, jatuhnya keren banget. Meskipun aku belum pernah ke sana. Hihihi..

Quotable:
"Saat Tuhan menentukan jodohmu, Dia tidak perlu bertanya lebih dulu padamu apakah pria itu tipemu atau bukan." — P. 85

"Kalau kamu sudah melewati masa penujaan fisik, Ty, kamu akan cukup dewasa untuk menyadari bahwa memilih pasangan hanya berdasarkan hormon adalah tindakan paling bodoh, tidak masuk akal, dan egois. Banyak masalah yang bisa dipecahkan oleh uang dan tidak oleh cinta. Kecuali kita sedang membicarakan perdamaian dunia seperti Nona Barbie di kontes kecantikan dunia itu." — P. 123

"Kesetiaan itu sebenarnya pilihan. Dan setiap orang punya pilihan berbeda untuk hidupnya." — P. 132

"Memang tidak. Itulah keajaiban hati, bisa membuatmu iba dan benci hanya dalam hitungan menit. Juga bisa membuatmu merasa begitu mencintai dan membenci pada saat bersamaan. Hati membuat kita merasakan berbagai emosi yang bahkan tidak dapat dibayangkan pikiran kita." — P. 168

No comments:

Post a Comment