Judul : Janji yang Retak
Penulis : Titi Sanaria
Penerbit : HD Publisher
Tebal : 223 Halaman
"Lagi pula, cinta itu tidak pernah berhitung tentang kekurangan dan kelebihan. Karena cinta ada untuk membuat dua orang yang merasakannya saling melengkapi."
BLURB
Adakah yang lebih membahagiakan daripada menikah dengan pria yang telah mencuri hatimu sejak usia belasan tahun?
Tidak ada.
Itu juga yang dirasakan Sofi ketika Bara, cinta dalam hidupnya, memintanya untuk menikah.
Tapi ternyata hidup tidak sesederhana itu.
Rumah tangga mereka masih seumur jagung saat Sofi mengetahui Bara belum melupakan masa lalunya dan dirinya tak lebih dari... seorang pemeran pengganti.
Tidak ada.
Itu juga yang dirasakan Sofi ketika Bara, cinta dalam hidupnya, memintanya untuk menikah.
Tapi ternyata hidup tidak sesederhana itu.
Rumah tangga mereka masih seumur jagung saat Sofi mengetahui Bara belum melupakan masa lalunya dan dirinya tak lebih dari... seorang pemeran pengganti.
- - - - - - - - - -
Sofi, pemilik usaha restoran vegan yang cukup dikenal. Memiliki sahabat, namanya Sita. Sita ini yang ada di novel Dirt On My Boots, ada yang masih ingat? Hidup Sofi ini aslinya baik-baik aja. Punya kakak yang cukup menarik, Ana. Sayangnya, Sofi cukup rendah diri, dan menganggap dirinya ini nggak ada apa-apanya dibanding Ana. Sekarang, dia memiliki suami, lelaki yang memang diinginkannya menjadi pasangannya sejak dulu, Bara. Tapi, Bara ini dulu pernah memiliki hubungan sampai di tahap pertunangan dengan Ana.
Bara, laki-laki yang pendiam dan tipe orang yang nerimo. Hubungannya dulu dengan Ana baik-baik saja, bahkan mereka sudah menjalin hubungan sampai ke pertunangan, entah kenapa, hubungan ini malah putus dengan alasan Ana yang akan pergi ke Pontianak untuk bekerja di sana. Anehnya, karena desperate atau bagaimana, dia malah mengajak Sofi untuk menikah dengannya, dan Sofi menerimanya.
Selama awal pernikahan mereka, sebenernya hubungan mereka cukup kaku kayak kanebo kering, tapi, Sofi berusaha untuk melayani Bara, baik dalam kebutuhan fisik dan kebutuhan nafsunya, hubungan mereka membaik. Sayangnya, saat Ana kembali untuk liburan ke Jakarta, Sofi melihat mereka sedang berpelukan dengan Ana yang menangis. Hal itulah yang kemudian membuat Sofi menjaga jarak dengan Bara, mulai cuek dengan Bara dan segala kebutuhannya, karena ia mulai mengandalkan Mbak yang bekerja di rumah Sofi dan Bara. Hal ini menjadi sebuah pembenaran atas pikiran Sofi selama ini, kalau dirinya hanya seorang pemeran pengganti Ana untuk Bara. Lalu, bagaimana hubungan mereka ke depannya? Akankah membaik? Akankah Bara mau untuk memberi penjelasan atas kejadian itu?
Kalau nggak salah, ini itu novel debutnya kak Titi, tapi baru aku bacanya sekarang. Tak apa, better late than never kan ya? Di bagian awal, aku cukup bosan dengan narasinya. Karena aku nggak betah banget baca novel yang isinya narasi tanpa percakapan gitu. Nggak masalah buatku, karena menuju ke pertengahan, aku mulai semangat bacanya. Kenapa? Soalnya interaksi Sita dan Sofi ini lucu banget. Belum lagi tingkahnya Sita menarik banget. Nggak cuma itu aja, aku juga penasaran, kenapa Sofi punya pemikiran seolah-olah dirinya ini cuma sekadar pengganti aja, padahal sikap Bara nggak cuek-cuek amat loh.
Untuk novel ini, aku gemesssss banget sama karakternya. Sofi yang selalu punya pandangan sendiri, nggak mau lihat dari sudut pandang orang lain, dan selalu berpikiran negatif lah intinya. Sementara Bara sendiri, dia juga nggak berusaha untuk mencari tau, kenapa Sofi menjauh, dan nggak ada usaha untuk ngedeketin Sofi selain nanya Sofi kenapa nggak pulang-pulang. Gemes banget sama mereka. Padahal, inti masalahnya cuma 1, karena mereka nggak komunikasi! Astaga, emang komunikasi antar pasangan itu perlu. Banget. Kalo komunikasi berantakan, ya siap-siap aja gitu, kamunya misscom melulu.
Quotable:
"Bara memang sayang dan peduli padaku. Tapi tidak mencintaiku. Dan aku mau cintanya. Atau tidak sama sekali. Ya, aku seserakah itu." — P. 69
Selama awal pernikahan mereka, sebenernya hubungan mereka cukup kaku kayak kanebo kering, tapi, Sofi berusaha untuk melayani Bara, baik dalam kebutuhan fisik dan kebutuhan nafsunya, hubungan mereka membaik. Sayangnya, saat Ana kembali untuk liburan ke Jakarta, Sofi melihat mereka sedang berpelukan dengan Ana yang menangis. Hal itulah yang kemudian membuat Sofi menjaga jarak dengan Bara, mulai cuek dengan Bara dan segala kebutuhannya, karena ia mulai mengandalkan Mbak yang bekerja di rumah Sofi dan Bara. Hal ini menjadi sebuah pembenaran atas pikiran Sofi selama ini, kalau dirinya hanya seorang pemeran pengganti Ana untuk Bara. Lalu, bagaimana hubungan mereka ke depannya? Akankah membaik? Akankah Bara mau untuk memberi penjelasan atas kejadian itu?
Kalau nggak salah, ini itu novel debutnya kak Titi, tapi baru aku bacanya sekarang. Tak apa, better late than never kan ya? Di bagian awal, aku cukup bosan dengan narasinya. Karena aku nggak betah banget baca novel yang isinya narasi tanpa percakapan gitu. Nggak masalah buatku, karena menuju ke pertengahan, aku mulai semangat bacanya. Kenapa? Soalnya interaksi Sita dan Sofi ini lucu banget. Belum lagi tingkahnya Sita menarik banget. Nggak cuma itu aja, aku juga penasaran, kenapa Sofi punya pemikiran seolah-olah dirinya ini cuma sekadar pengganti aja, padahal sikap Bara nggak cuek-cuek amat loh.
Untuk novel ini, aku gemesssss banget sama karakternya. Sofi yang selalu punya pandangan sendiri, nggak mau lihat dari sudut pandang orang lain, dan selalu berpikiran negatif lah intinya. Sementara Bara sendiri, dia juga nggak berusaha untuk mencari tau, kenapa Sofi menjauh, dan nggak ada usaha untuk ngedeketin Sofi selain nanya Sofi kenapa nggak pulang-pulang. Gemes banget sama mereka. Padahal, inti masalahnya cuma 1, karena mereka nggak komunikasi! Astaga, emang komunikasi antar pasangan itu perlu. Banget. Kalo komunikasi berantakan, ya siap-siap aja gitu, kamunya misscom melulu.
Quotable:
"Kamu yakin ini yang kamu inginkan? Ada hal-hal yang tidak bisa kita dapatkan kembali setelah melepasnya. Hal-hal yang membuat orang hidup dalam penyesalan. Pikirkan itu sebelum kamu benar-benar mengakhirinya, Sof." — P. 68
"Jangan biasakan mengukur orang lain dengan standarmu. Juga berhenti berpikir bahwa apa yang kamu pikirkan itu benar. Karena belum tentu seperti itu. Lihat waktu yang kamu buang dengan Bara karena pikiran dan prasangkamu." — P. 171
"Cinta itu datang dengan cara yang tidak diduga. Ada yang terasa menghantam saking cepatnya, ada yang menyusup perlahan tanpa disadari, ada yang muncul karena terbiasa, dan ada yang perlu diusahakan." — P. 201
"Kamu tahu sesuatu tentang hati, Sof? Hati memiliki kemampuan menyembuhkan dirinya sendiri. Bahkan saat kamu yakin dia tidak akan bisa mengendus rasa setelah patah, hati akan utuh kembali setelah menemukan belahannya." — P. 207
"Ini yang kusebut bahagia. Ketika berada dalam pelukan seseorang yang aku tahu akan selalu ada untukku meskipun apa yang terjadi." — P. 220
No comments:
Post a Comment