Monday, July 8, 2019

[Review] Table for Two


Judul : Table for Two

Penulis : Dy Lunaly

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 258 Halaman

"Daripada kita terus-menerus mikirin masa lalu, kenapa kita nggak menggunakan energi kita untuk merencanakan masa depan? Mikirin gimana caranya biar Arga nggak mengalami nasib yang sama dengan Papa, misalnya?"


BLURB

"Dia memang teman masa kecilku. Tapi, dia sudah bukan lagi bocah kurus yang ada dalam ingatanku, melainkan seorang pria. Seorang pria yang, sungguh tidak ingin aku akui, sangat menarik."

Asha benci tinju sebesar dia membenci Arga, pria yang pernah disebutnya sebagai sahabat. Tragedi yang merenggut nyawa Papa membuat hubungan Asha dan Arga merenggang. Bertemu lagi dengan Arga nggak pernah terpikirkan olehnya. Tapi, itu yang terjadi. Permintaan Mama memaksanya untuk bertemu Arga sekaligus menjadi pengawas diet petinju super-menyebalkan itu.

Menjadi pengawas diet Arga berarti pertengkaran tanpa henti, rencana diet yang berantakan dan berkurangnya waktu untuk dinikmati bersama Kak Rama, dietisien di klinik kesehatan Mama. Namun, Asha nggak punya pilihan. Ia harus profesional dan berusaha berdamai dengan trauma masa lalunya.

Tapi... bisakah?

- - - - - - - - - - -

Asha, seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya, dan juga membantu mamanya yang membuka usaha Tiny Tots, sebuah klinik kesehatan yang khusus menangani pasien yang membutuhkan pengaturan pola makan untuk alasan kesehatan dan yang lainnya. Ya, intinya, kayak ahli gizi gitulah. Sekembalinya liburan dari Lombok, Asha mendapatkan kejutan dari sahabat papanya, Om Bima, sahabat sekaligus pelatih tinju papanya. Selama ini, Asha dan mamanya memang sudah meminimalisir agar tidak bersinggungan dengan dunia tinju sejak papanya meninggal, karena hal itu memang agak sensitif untuk mereka berdua.
"Ma, Arga itu... dia sakit? Aku perhatiin tadi dia sama sekali nggak makan." — P. 38
Arga, sahabat, ah mungkin bisa disebut mantan sahabatnya Asha, karena sejak terakhir mereka berdebat, Arga malah ninggalin Asha. Arga ini seorang atlet tinju. Keadaannya, nggak baik-baik aja, karena Arga sedang menjalankan diet gila-gilaannya demi menurunkan berat badanny dengan cepat supaya bisa masuk di salah satu kelas tinju. Karena itulah, Om Bimo meminta tolong pada mama Asha, agar mengontrol diet Arga biar nggak ekstrem, dan karena Asha pernah deket sama Arga, mamanya pun minta tolong ke Asha.

Bagi Asha, buat dia itu cukup membingungkan, selain karena dia pengen nyelesaiin skripsinya semester ini, tapi dia juga pengen bantu Arga untuk diet, tapi dengan cara yang bener. Bukan malah menyiksa dirinya sendiri. Akhirnya, Asha mau untuk mengontrol kegiatan diet Arga, tapi Arga? Malah bersikap menyebalkan! Nggak mau kerja sama sama sekali. Kalau waktunya jam makan siang, dia malah mangkir, dan bikin Asha jengkel. Apakah Asha bakalan bertahan? Sementara di sisi lain, Rama, dietisien di Tiny Tots juga merasa hubungan Asha dengannya merenggang sejak kedatangan Arga. Bagaimana kelanjutan keduanya?


Setelah baca The Perfect Charm, aku langsung jatuh cinta gitu sama gaya nulisnya kak Dy ini. Konfliknya emang sengaja ditampilin, tapi alasan kenapa konflik itu terjadi itu masih ditutupin dan baru tau di belakang gitu. Jadi suka aja main tebak-tebakan alesan papanya Asha nggak ada kenapa, trus kenapa Asha-Arga bertengkar. Nyenengin pas tebak-tebakan begitu.

Sebenernya, novel ini ringan menurutku, maksudnya enak untuk dibaca sekali duduk. Soalnya nggak tebel-tebel amat juga. Tapiii.. cukup menguras emosi. Yang bikin menguras emosi tuh kelakuan sama sifatnya Arga. Keras kepala yang luar biasa. Dan herannya juga, dia sebagai atlet kan harusnya tau, diet yang baik gimana? Bukannya malah ngerusak diri sendiri gitu. Masa iya pekara diet aja nggak paham ya kan?

Untuk alur ceritanya sendiri maju gitu, dan sudut pandangnya dari sisi Asha. Jadi ya ini emang lebih ke arah Ashanya sendiri gimana caranya dia membantu si Arga ini. Sementara di akhir cerita, aku cukup kaget sama endingnya, kenapa? Ya soalnya gitu lah. Kalau kalian yang udah baca, pasti paham kan? Karena kalau kuceritain, spoiler namanya. Hehehe..

Quotable:
"Yang aku tahu, cinta itu bukan masalah siapa yang datang duluan. Aku cinta sama dia bukan karena dia yang duluan datang, aku cinta dia karena hati aku memilih dia." — P. 241 to 242

No comments:

Post a Comment