Judul : Zero Class 3: Legacy
Penulis : Pricillia A. W
Penerbit : Gramedia
Tebal : 269 Halaman
"Jangan pernah memaksakan perasaan muncul atas dasar kasihan atau simpati semata. Karena cinta dengan rasa kasihan serapuh perasaan mengasihani itu sendiri."
BLURB
Ini kesempatan terakhir!
Sekaranglah penentuan nasib kelas 11 IPS 4 untuk tahun ajaran mendatang. Kelas dengan label buangan oleh beberapa guru dan murid SMA Nusa Jaya itu sudah berjuang keras.
Mana mungkin Gita dan teman-teman tidak frustasi dengan anggapan itu. Gita bertekad membongar berbagai kasus yang melibatkan kelasnya demi menghilangkan diskriminasi konyol. Belum lagi mesti berhadapan dengan pilihan yang membuat banyak pihak tersakiti.
Sampai kemudian, peristiwa tak terduga terjadi! Gita harus merelakan perasaannya. Semua demi membuktikan apakah kelas 11 IPS 4 merupakan alat balas dendam atau tempat berlindung bagi yang merasa terpinggirkan.
- - - - - - - -
Masih dengan Gita dan perjuangannya melawan kesenjangan sosial di 11 IPS 4. Tapi kali ini menceritakan sisi lainnya, yaitu mulai menunjukkan siapa musuh sebenernya, dan kenapa dia melakukan hal tersebut.
Sejak buku kedua, aku mulai menyadari, kalauuuu.. gaya kepenulisan kak Pricil mirip sama gaya nulisnya kak Lexie Xu. Iya, yang nulis thriller itu. Mirip di sini dalam artian, pinter nyembunyiin gitu siapa musuhnya. Jadi, ya gitu, seru.
Untuk konfliknya, aku lebih suka di sini, ya iya, ini konfliknya lebih rumit! Hahaha.. Alurnya di sini ada beberapa yang mundur, karena menceritakan motif dia melakukan balas dendam ini.
Untuk karakternya, tetap konsisten dari awal sampai akhir. Tapi, aku makin ke sini, makin nggak suka sama Letta. Soalnya, dia ini tipe orang yang ngeselin! Habisnya gimana ya, dia ini bucin parah. Dan akhirnya membuat dia gampang buat dibego-begoin. Jadi dia dimanfaatin sama si musuh, supaya ngomporin yang lain. Apalagi dia cukup dibela di grupnya Radit. Makin jadi kan tuh? Kayak kompor gas. Mleduk!
Dari sini tuh, aku belajar, bahwa kadang merelakan apa yang kita sayangi itu nggak akan menghancurkan kita. Kayak Andro nglepas Gita. Dan lagi, aku juga banyak belajar tentang persahabatan! Gila, meskipun Gita anak pindahan, nggak ngebikin dia ini dikuculin sama temen-temen yang lain. Malahan dia dapet temen baru yang solid abis. Meskipun kadang ada cek-cok dan perbedaan pendapat. Apalagi kalo membahas tentang IPS 4.
Quotable:
"Setiap orang punya cara masing-masing untuk mengatasi kehilangan karena ditinggalkan... Tapi biar orang lain paham, jangan malah meninggalkan teka-teki. Kita nggak punya kemampuan untuk membaca pikiran orang lain." — P. 68Nggak hanya memikirkan 11 IPS 4, tapi Gita juga memikirkan Andro. Kematian Ibu Andro, membuat Gita merasa memiliki kesempatan kedua, agar jangan sampai kejadian seperti Nathan lagi. Menjauh karena merasa ditinggalkan. Selain itu, karena Ibunya Andro juga sempet nitip pesen gitu ke Gita, titip jagain dan bahagiain Andro. Jadi ya semakin rumit gitu. Dan, karena ini sudah pada puncaknya, maka konfliknya juga semakin rumit. Mana si musuh ini juga main cantik pula. Bagus sudah.
Sejak buku kedua, aku mulai menyadari, kalauuuu.. gaya kepenulisan kak Pricil mirip sama gaya nulisnya kak Lexie Xu. Iya, yang nulis thriller itu. Mirip di sini dalam artian, pinter nyembunyiin gitu siapa musuhnya. Jadi, ya gitu, seru.
Untuk konfliknya, aku lebih suka di sini, ya iya, ini konfliknya lebih rumit! Hahaha.. Alurnya di sini ada beberapa yang mundur, karena menceritakan motif dia melakukan balas dendam ini.
Untuk karakternya, tetap konsisten dari awal sampai akhir. Tapi, aku makin ke sini, makin nggak suka sama Letta. Soalnya, dia ini tipe orang yang ngeselin! Habisnya gimana ya, dia ini bucin parah. Dan akhirnya membuat dia gampang buat dibego-begoin. Jadi dia dimanfaatin sama si musuh, supaya ngomporin yang lain. Apalagi dia cukup dibela di grupnya Radit. Makin jadi kan tuh? Kayak kompor gas. Mleduk!
Dari sini tuh, aku belajar, bahwa kadang merelakan apa yang kita sayangi itu nggak akan menghancurkan kita. Kayak Andro nglepas Gita. Dan lagi, aku juga banyak belajar tentang persahabatan! Gila, meskipun Gita anak pindahan, nggak ngebikin dia ini dikuculin sama temen-temen yang lain. Malahan dia dapet temen baru yang solid abis. Meskipun kadang ada cek-cok dan perbedaan pendapat. Apalagi kalo membahas tentang IPS 4.
Quotable:
"Kadang...kita jadi pengecut buat sekadar mengakui perasaan sendiri." — P. 79
"Kadang cinta memang sesederhana itu. Menepikan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan orang yang kita cintai di atas segala-galanya." — P. 144
"Karena hati nurani petunjuk yang tepat saat lo kehilangan peta." — P. 150
No comments:
Post a Comment