Judul : Asa Ayuni
Penulis : Dyah Rinni
Penerbit : Falcon Publishing
Tebal : 232 Halaman
"Jangan memutuskan perasaanmu sekarang. Perasaan, seperti laut, juga bisa berubah. Kadang pasang, kadang surut. Hanya saat tenang, kita bisa tahu perasaan kita yang sebenarnya."
BLURB
Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.
Di salah satu bloknya, ada sebuah rumah, yang kalau kau masuk ke dalamnya akan merasakan nuansa paduan klasik dan modern. Desainnya tampak chic, dan bantal pink elektrik di atas sofa cokelat akan membuatmu betah di sana.
Seorang perempuan yang pandai membuat kue tradisional akan menjadi teman ngobrolmu. Dia punya toko kue tak jauh dari rumahnya. Dia sedang berduka, baru saja kehilangan suaminya. Ada getir terpacar dari matanya. Namun, dia amat terlihat berusaha tegar. Perempuan itu Ayuni. Perempuan manja yang sedang berpura-pura tangguh demi memupuk asanya yang baru saja hancur.
- - - - - - - - -
Ayuni, seorang ibu rumah tangga yang memiliki sebuah toko kue yang hmm.. cukup dikenal karena makanan tradisional yang dijual. Meskipun bentuk tokonya sangat nggak tertata, baik dari segi penampilan toko maupun suasana toko itu sendiri. Selain itu, Ayuni juga memiliki seorang suami dan anak. Aldi namanya. Sayangnya, Ayuni tidak begitu memperhatikan Aldi, karena Aldi adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus. Ya nggak khusus yang untuk mandi dan makan harus melulu disuapi, tapi Aldi memiliki fokus terhadap benda tertentu, belum lagi, apabila sudah menjadwalkan sesuatu, hal itu harus dilaksanakan tepat waktu, atau Aldi akan tantrum.
"Apa Mbak Amaya bisa hidup tanpa Mas Indra?""Tadinya aku pikir tidak bisa. Namun, pada akhirnya, kita selalu menemukan cara untuk bertahan hidup." — P. 129
Satria, suami Ayuni yang baru saja meninggal membuat Ayuni kelimpungan. Kelimpungan dengan tokonya pun dengan mengurus Aldi. Bagaimana caranya mengurus Aldi? Apalagi bila Aldi mulai menanyakan ke mana Ayahnya pergi? Belum lagi kebutuhan khusus Aldi, selama ini Ayuni nggak pernah serius mengurusnya, selalu melemparkan pada Satria. Apa yang harus dilakukannya?
Baca novel ini awalnya cukup membingungkan. Karena ada cerita Ayuni dan seseorang lagi yang bakalan bikin aku terkejut dan karena ditaruh di bagian awal juga, aku jadi cukup bingung sebenernya kayak nggak nyambung gitu. Untungnya, pas ke tengah, aku makin paham gimana alurnya.
Selama baca, aku cukup dibuat jengkel sama kelakuannya Ayuni sih sebenernya. Karena dia itu manja banget, kalo dikasih masukan, kadang suka kayak agak tersinggung, padahal dia mengiyakan hal itu juga. Bingung kan? Belum lagi sifatnya dia yang kadang masih kayak anak ABG. Pengen sombong dalam lingkungan pertemanannya dia. Hadeh.. Sampe geleng-geleng aku bacanya.
Pesan moral yang aku dapetin itu cukup ngena sih buatku. Karena ada unsur keluarganya juga, sikap mau ngerti dan memaafkan juga. Pengemasannya lucu. Meskipun aku ngerasa di bagian awal tuh kayak cepet banget. Tapi habis itu melambat buat ngurai semua konflik dan penyelesaiannya.
Quotable:
"Anda tahu apa yang paling menyakitkan dari kematian mendadak? Kita tidak pernah bisa mengatakan selamat tinggal, ataupun mengatakan betapa kita menyayangi mereka." — P. 185
No comments:
Post a Comment