Judul : Hush Little Baby
Penulis : Anggun Prameswari
Penerbit : Noura Publishing
Tebal : 326 Halaman
"Aku tidak akan menyerah walau mereka bilang, aku bukan ibumu. Namun, siapa yang dapat menentukan kadar seorang ibu bagi anaknya?"
BLURB
Jangan menangis, Nak.
Ruby memiliki segalanya. Rajata, suami penuh cinta dan kaya raya. Gendhis, bayi cantik pelengkap kebahagiaan mereka. Kehidupan terasa begitu sempurna bagi Ruby, kecuali satu — masa lalunya.
Kamu boleh berbuat salah pada masa lalu, tetapi tidak pada masa depan.
Ruby hanya ingin bayinya tenang dan berhenti menangis. namun, dia justru dianggap gila dan tak pantas merawat Gendhis. Padahal, satu-satunya yang gila adalah ibu kandungnya sendiri.
Aku butuh Ibu untuk mengajariku bagaimana caranya menjadi ibu.
Setelah Gendhis direnggut paksa darinya, tak ada lagi yang bisa Ruby percaya. Tidak juga Rajata suaminya, Bunda Alana mertuanya, bahkan Bibi Ka pengasuhnya sejak kecil. Dia harus mendapatkan Gendhis kembali dan membuktikan dirinya mampu menjadi seorang ibu. Ruby terus menelusuri masa lalunya yang tak hanya kelam, tetapi juga merah berdarah. Dengan terus membisikkan satu pertanyaan.
Siapa yang dapat menentukan kadar seorang ibu bagi anaknya?
- - - - - - - - - - -
Menjadi seorang Ruby tentu saja menyenangkan. Memiliki Rajata sebagai suami yang menjadi pewaris tunggal sebuah perusahaan keluarga yang turun temurun dari kakeknya. Udah kebayang kan gimana kekayaannya. Sayangnya, dalam pernikahan ini, sebenernya Ruby nggak begitu pengen punya anak. Kalau bisa, dia nggak punya anak aja sekalian. Tapi sayangnya, dia tetep hamil dan melahirkan.
Ngebaca novel ini awalnya cukup menyenangkan. Karena kita diajak mengetahui keadaan Ruby. Apalagi, di bagian atasnya sudah ada tulisan yang menceritakan keadaan sekarang atau jaman dulu. Menjelang pertengahan dan akhir, aku cukup bingung. Siapa yang menceritakan si "Aku" ini? Ruby kah? Atau orang lain kah? Tapi akhirnya aku berusaha buat mikir, mungkin ini digabungin.
Baca cerita Ruby ini aku dibikin cukup miris sama keadaannya. Apalagi masa lalunya. Nggak ada anak yang pengen dibesarin dengan keadaan keluarga seperti Ruby. Semua anak pengen hidupnya baik-baik aja, mulus tanpa masalah, mulus kayak jalanan tol, yang meskipun ada hambatan, ya dikit, nggak banyak-banyak amat. Hal yang dialami Ruby, mungkin juga dialami sama sebagian Ibu muda atau Ibu yang habis punya anak pertama. Banyak pertanyaan, mulai dari "Kok anakku nangis terus? Apa aku ada yang salah?" "Kok ASIku nggak lancar? Ada masalah apa?" Belum lagi, kalo orang tuanya ini menyarankan ini itu, karena jaman dulu, mereka juga diperlakukan sama. Duh, nyebelin banget.
Selain hal di atas, di sini juga diceritain, gimana 'lemes'nya mulut sesama ibu-ibu. "Kok sesar sih? Kenapa nggak normal aja? Kan enak normal?" dan masih banyak pertanyaan 'lemes' lainnya. Susah banget kayaknya ya jadi seorang ibu. Standart masyarakat terus yang dipake.
Konflik di sini juga menarik banget nget nget! Plot twist di bagian akhir. Udah macem sinetron-sinetron aja. Aku kira bakalan rada mewek bacanya, ternyata malah dibikin kaget berkali-kali! Yang aku suka di sini tuh Rajata, dia baik sekali. Berusaha memperhatiin si Ruby bener-bener, nggak mau Ruby tersakiti. Suka banget aku tuh!
"Maka dari itu, lupakan masa lalumu. Jangan biarkan masa lalu menghancurkan kehidupanmu sekarang, juga masa depanmu. Ingat itu, Ruby." — P. 17Sehabis melahirkan, Ruby kebingungan, bagaimana caranya menjadi seorang ibu yang baik untuk Gendhis? Selama ini, dia dibesarkan dengan ibu yang tidak baik. Ibu yang agak gila, dan kemudian dia diasuh oleh Bibi Ka, orang yang mungkin cukup dekat dengan ibunya. Belum lagi, Bunda Alana yang menerapkan berbagai cara sebagai Ibu yang baik, membandingkan dirinya dengan Bunda Alana di masa lalu. Jadi, sebenarnya, Ibu yang baik itu seperti apa?
Ngebaca novel ini awalnya cukup menyenangkan. Karena kita diajak mengetahui keadaan Ruby. Apalagi, di bagian atasnya sudah ada tulisan yang menceritakan keadaan sekarang atau jaman dulu. Menjelang pertengahan dan akhir, aku cukup bingung. Siapa yang menceritakan si "Aku" ini? Ruby kah? Atau orang lain kah? Tapi akhirnya aku berusaha buat mikir, mungkin ini digabungin.
Baca cerita Ruby ini aku dibikin cukup miris sama keadaannya. Apalagi masa lalunya. Nggak ada anak yang pengen dibesarin dengan keadaan keluarga seperti Ruby. Semua anak pengen hidupnya baik-baik aja, mulus tanpa masalah, mulus kayak jalanan tol, yang meskipun ada hambatan, ya dikit, nggak banyak-banyak amat. Hal yang dialami Ruby, mungkin juga dialami sama sebagian Ibu muda atau Ibu yang habis punya anak pertama. Banyak pertanyaan, mulai dari "Kok anakku nangis terus? Apa aku ada yang salah?" "Kok ASIku nggak lancar? Ada masalah apa?" Belum lagi, kalo orang tuanya ini menyarankan ini itu, karena jaman dulu, mereka juga diperlakukan sama. Duh, nyebelin banget.
Selain hal di atas, di sini juga diceritain, gimana 'lemes'nya mulut sesama ibu-ibu. "Kok sesar sih? Kenapa nggak normal aja? Kan enak normal?" dan masih banyak pertanyaan 'lemes' lainnya. Susah banget kayaknya ya jadi seorang ibu. Standart masyarakat terus yang dipake.
Konflik di sini juga menarik banget nget nget! Plot twist di bagian akhir. Udah macem sinetron-sinetron aja. Aku kira bakalan rada mewek bacanya, ternyata malah dibikin kaget berkali-kali! Yang aku suka di sini tuh Rajata, dia baik sekali. Berusaha memperhatiin si Ruby bener-bener, nggak mau Ruby tersakiti. Suka banget aku tuh!
Your Affiliate Money Printing Machine is ready -
ReplyDeletePlus, making profit with it is as easy as 1---2---3!
It's super easy how it works...
STEP 1. Choose affiliate products you want to push
STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
STEP 3. Watch the affiliate system grow your list and sell your affiliate products all on it's own!
So, do you want to start making money?
Get the full details here