Wednesday, March 11, 2020

[Review] Melankolia Ninna


Judul : Melankolia Ninna

Penulis : Robin Wijaya

Penerbit : Falcon Publishing

Tebal : 219 Halaman

"Kami telah bersepakat, cinta terbaik adalah cinta yang dibangun di atas kejujuran."


BLURB

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.
Dari gerbang, ambillah jalan ke kanan, dan temukan satu-satunya rumah yang berpagar. Kau tidak akan salah. Pemiliknya adalah sepasang suami istri. Sang suami pandai merupa kayu-kayu menjadi parabot yang indah, sedangkan sang istri menata rumah dengan nuansa vintage yang meneduhkan. Bersama-sama, keduanya menghidupkan ruang impian mereka: sebuah kamar bayi yang dipenuhi warna.
Namun, duka menghampiri. Sang istri kehilangan rahimnya sebelum sempat mengandung impian mereka. menyisakan luka yang mewujud sebuah melankolia. Gamal dan Ninna, menatap pupus harapan, seperti hidup yang hanya menyisakan warna kelabu saja.

- - - - - - - - - -

Ninna, seorang ibu rumah tangga yang sedang menanti-nantikan kehadiran seorang bayi di dalam rumahnya. Apalagi dia juga sudah menunggu-nunggu hal ini cukup lama bersama Gamal, suaminya. Sayangnya, hal ini nggak akan terjadi karena penyakit yang dideritanya, yang kemudian membuat dia harus merelakan mimpiya memiliki seorang anak.
"Kita lupa, Nin, apa tujuan hidup kita berdua. Dan di titik ini kita diingatkan lagi bahwa sesungguhnya impianaku adalah tumbuh tua bersamamu. Menghabiskan sisa waktuku bersama kamu. Kamu adalah sebagian mimpi-mipiku, Nin." — P. 213
Gamal, meski dalam kesehariannya dia memilih untuk diam dan berusaha untuk nggak memikirkan kesedihannya, dia juga berusaha untuk menghibur Ninna yang merasa kehilangan. Setelah beberapa bulan setelah pengangkatan rahim, Ninna kembali bekerja, di sanalah Gamal mulai kehilangan sosok Ninna yang dulu selalu menyambutnya saat pulang kerja. Selain itu, mulai muncul juga kebohongan kecil yang dibuat Gamal untuk melakukan sesuatu, yang mungkin menyakiti Ninna ke depannya. Kebohongan apa ini? Selingkuh kah? Tapi bukannya selingkuh bukan menjadi jalan keluar dalam sebuah hubungan?


Setiap pernikahan, atau mungkin yang diharapkan dalam sebuah pernikahan adalah seorang anak. Entah satu atau dua. Ya mungkin satu, biar ada aja. Tapi kan kadang manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Gamal dan Ninna mungkin boleh berencana memiliki anak, bahkan sampai merancang semuanya, tapi Tuhan yang menentukan. Ninna nggak bisa punya anak lagi.

Selama baca cerita Gamal-Ninna tuh aku mikirnya, "Ya ampun, Gamal nih easy going banget anaknya. Kayak nggak ada beban sama sekali." Atau mungkin memang itu cara Gamal menutupi kesedihannya. Kalau Ninna sendiri, aku mikirnya dia sedih, pasti. Apalagi perempuan, kalau sudah menyangkut rahim itu kayak sesuatu yang cukup berharga kan? Tegarrrr banget Ninnanya, nggak terlihat berlarut-larut. Suka sekali sama pasangan ini. Mereka support satu sama lain dengan caranya mereka sendiri. Sayangnya, hal ini juga nggak berlangsung lama. Mereka ternyata punya kesedihan yang mereka sembunyikan dan mereka rupakan dalam bentuk lain.

Banyak banget belajar tentang pernikahan dan gimana sih cara menghadapi masalah yang kadang di luar kendali kita. Belajar bahwa lebih baik terbuka dan tau perasaan satu sama lain ketimbang mendem hal itu sendirian dan nantinya malah jadi bom waktu yang kalo meledak bisa ngehancurin segalanya.

Dengan alur yang maju mundur dan juga sudut pandang dari Gamal dan Ninna, aku jadi tau perasaan mereka gimana, apa yang mereka hadapin dan kesulitan apa yang sebenernya mereka lalui. Yah sebisa mungkin nggak nge-judge atas apa yang mereka lakuin diem-diem, karena di balik semua itu, mereka punya alasan masing-masing.


Quotable:
"That's him. Dia yang selalu ingin membahagiakan aku. Dia yang tak pernah ingin aku kerepotan karena dirinya. Dia yang tak pernah berkata tidak bisa ketika aku membutuhkan bantuannya." — P. 100

"Waktu lihat ini aku sadar, ternyata di idup aku cuma ada kamu. Cuma ada kita. Dan ternyata kita bahagia melaluinya, Nin." — P. 212

"Kita dan semua pasangan suami-istri di luar sana, mereka pengin punya anak. Namun, apakah itu jaminan kebahagiaan buat hidup kita? Jangan sampi hal itu malah jadi sebaliknya, Nin. Jadi biang keladi atas kemuraman di rumah kita. Kamu sadar enggak sih, kita sudah menjadikannya seperti itu?" — P. 212

"Kita lupa, Nin, apa tujuan hidup kita berdua. Dan di titik ini kita diingatkan lagi bahwa sesungguhnya impian aku adalah tumbuh tua bersamamu. Menghabiskan sisa waktuku bersama kamu. Kamu adalah sebagian mimpi-mimpiku, Nin." — P. 213

"Kalau memang tujuan kamu sama denganku, seharusnya, kita melangkah sama-sama, Nin. Tapi sebetulnya kamu enggak perlu jawab, karena aku selalu tahu tujuanmu adalah aku." — P. 213

1 comment:

  1. Listen...

    This may sound kind of creepy, maybe even a little "out there..."

    HOW would you like it if you could simply click "Play" and LISTEN to a short, "miracle tone"...

    And INSTANTLY bring MORE MONEY into your life???

    What I'm talking about is thousands... even MILLIONS of DOLLARS!

    Think it's too EASY??? Think it couldn't possibly be REAL?!?

    Well, Let me tell you the news...

    Sometimes the greatest blessings in life are also the EASIEST!

    Honestly, I'm going to PROVE it to you by allowing you to PLAY a REAL "miracle money-magnet tone" I developed...

    You simply push "Play" and watch money coming right into your life. starting pretty much right away.

    TAP here now to PLAY the magical "Miracle Abundance Tone" as my gift to you!

    ReplyDelete