Sunday, March 22, 2020

[Review] Resilience : Remi's Rebellion


Judul : Resilience : Remi's Rebellion

Penulis : Nellaneva

Penerbit : Bhuana Sastra

Tebal : 479 Halaman

"Mungkin yang manusia butuhkan cuma orang-orang yang tepat untuk menyelamatkan mereka."


BLURB

Masalah terbesar Remi:
- Aneh
- Sulit bergaul
- Tidak punya teman

Remi, 16 tahu, hanya satu dari sedikit populasi siswa aneh dan introver di sekolahnya. Bukan kutu buku, bukan juga genius perfeksionis. Sehari-hari hanya berkhayal, berkeliaran, dan menghabiskan waktu sendiri. Karena suatu mimpi, dia bertekad melakukan perubahan dengan melibatkan Kino, ketua kelasnya yang supel. Bersama Kino, dia memulai pemberontakan—Rebellion—yang mengajarkan hal-hal baru soal persahabatan dan pengembangan diri.

Namun menginjak usia seperempat abad, usai ditinggal sahabat terbaik dan menghadapi kegagalan dalam meraih cita-cita, Remi merasa kembali ke titik awal. Dia pun mencari arti lain dari pemberontakannya, lewa kakak beradik—Emir dan Elang—yang mengentarkannya pada solusi baru: Resilience.

Bukan sekadar mengejar cinta, ini adalah perjalanan mencari jati diri ketika konflik batin yang berasal dari diri sendiri.

- - - - - - - - - -

Mari mengenal Remi, si anak introver, yang kalau kita lihat dari luar bakalan kayak anak pintar menyebalkan lainnya. Kuper, nggak punya temen, dan bahkan penyendiri! Nggak banget deh pokoknya. Dia sendiri juga nggak begitu suka berteman. Dalam melihat lingkungan pertemanan di sekolahnya pun, dia memiliki pandangan sendiri. Anak-anak famous di sekolah itu menyebalkan! Hari itu dia bermimpi, mimpi yang cukup buruk untuk Remi, dan hal inilah yang kemudian memacunya untuk memiliki temen. Aneh nggak sih?
"Bukan, duh! Ajari aku berteman!" — P. 27
Mengajak Kino, sang ketua kelas, Remi mulai sedikit menunjukkan perubahan. Meskipun kadang Remi kembali jadi Remi yang pendiam dan takut berteman. Sebenernya Remi nggak takut berteman, hanya aja, nggak tau juga apa yang perlu dibahas, karena dia terlalu to the point, padahal, kadang memulai pertemanan perlu basa basi busuk juga kan? Di sinilah dia berproses. Nggak cuma itu aja, di sini juga diceritakan sampai ke umur Remi berikutnya. Masih dengan Remi yang kadang balik lagi ke cara pikirnya yang malah bikin dia pusing sendiri!


Sebagai ekstrover, aku cukup bete sama Remi pas ngebaca ini. Why? Karena jujur aja, Remi kadang mempersulit dirinya sendiri! Atau karena aku ngeliatnya dari sisi ekstroverku ya? Jadi gemes banget sama cara mikirnya Remi, meskipun di beberapa hal, pemikiran dia sama kayak pemikiranku.

Nggak cuma lingkup pertemanan Remi aja, tapi juga membahas latar belakang keluarganya. Ya nggak cuma Remi sih, Emir, Elang, Kino dan beberapa orang lainnya juga dibahas. Apa sih yang membentuk kepribadian mereka? Kenapa sih sikap mereka jadi kayak sekarang? Dan ternyata, keluarga cukup berpengaruh besar lho. Mengingat lingkungan pertama yang kita kenal pasti lingkungan keluarga dulu kan?

Selain masalah keluarga, di sini juga membahas cara pandang seseorang terhadap hidupnya. Cara Remi memandang hidupnya juga sering banget kita alami lho guys! Kadang kita berpikiran hal yang sama kayak Remi, atau malah lebih parah.

Overall, suka banget sama novel ini. Meskipun banyak narasi karena novelnya berbentuk diari gitu.


Quotable:
"Dalam berteman, suka atau tidak, aku harus memberi orang-orang kesempatan untuk terkoneksi denganku, seperti halnya mereka membuka kesempatan untuk menerimaku (hampir) apa adanya." — P. 131

"Satu hal yang kupelajari, ketika kamu sedang merasa sangat sedih, jangan terlalu lama membiarkan dirimu terkurung sepi. Jangan selalu menyendiri sebab pikiran-pikiran buruk akan semena-mena merasukimu." — P. 245

"Kebermaknaan. Hidup untuk memberi manfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Hidup untuk membantu orang banyak tanpa mengutamakan kebahagiaan diri sendiri. Bahagia datang dan pergi dengan cepat, tetapi makna membekas bagi orang yang kita tolong." — P. 327

No comments:

Post a Comment