Sunday, March 29, 2020

[Review] Love, Lost & Found


Judul : Love, Lost & Found

Penulis : Titi Sanaria

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tebal : 329 Halaman

"Yang mau gue bilang, kita nggak bisa menghakimi orang cuma dari penampilan aja. Semua orang lebih kompleks di dalam, daripada apa yang dia tunjukin di luar."


BLURB

Kara menikmati hidupnya yang sekarang. Dia punya pekerjaan yang disukai dan tinggal jauh dari ibunya yang superposesif.

Semuanya terasa begitu sempurna pada mulanya. Sampai suatu hari sepupu yang menjadi mimpi buruknya muncul dan bekerja di kantor yang sama dengannya. Seolah kenyataan itu masih belum cukup menyebalkan, cinta monyet yang telah menorehkan luka di masa lalunya muncul kembali.

Setelah itu Kara merasa seperti hidup dalam bayang-bayang masa lalunya. Bertemu dua orang yang tidak ingin dihadapinya selama lima hari dalam seminggu? Kedengarannya memang seperti mimpi buruk yang sempurna.

- - - - - - - - -

Kara, si cewek introvert, mukanya lempeng abis. Bener-bener minim ekspresi, antara marah, kesel, ngelucu sama ngambek nggak ada bedanya. Cuma Mama, Papa, Genta, sama Jingga, orang di kantonya yang betah sama sikapnya Kara yang super lempeng ini. Selain sifat dan ekspresinya yang datar, badannya Kara juga nggak beda jauh. Dia kurus. Mungkin buat sebagian orang, kurus udah jadi idaman. Tapi buat Kara? Itu bencana.
"Orang cantik mah bebas. Manner belakangan, yang penting cantik aja dulu." — P. 18
Definisi cantik buat sebagian orang mungkin berbeda. Hal itu juga yang dialami Kara. Karena dia sendiri menerima bullying karena badannya yang kurus, dia jadi nggak pede. Makanya, dia selalu minder kalo misalnya ada cowok yang mulai ngasih sinyal deket-deket sama dia. Atharwa salah satunya. Cowok yang dulunya sempat deket sama dia waktu SMA, dan kemudian muncul lagi di kantornya. Kemunculannya yang mendadak bersama Pretty, sepupunya yang bahkan sampe sekarang nggak pengen ditemuinya karena sikapnya yang nyebelin. Munculnya dua orang ini membuat Kara kembali seperti masa-masa SMAnya. Mulai minder, nggak pede, dan berusaha supaya menghindari mereka berdua. Tapi apa bisa? Mengingat mereka juga selalu ketemu di kantor.


Ngbaca Kara, jadi inget aku sendiri. Kurus, pendek. Udah, lengkap. Sering banget dibilang bantet dan segala macem. Produk gagal juga salah satunya. Awalnya sih bete, lama-lama juga udah kebiasa, dan kadang dibawa becanda juga. Tapi nggak semua orang kayak aku kan? Kara salah satunya. Selain bullying, ada hal lain juga yang sempet diomongin sama Pretty yang kemudian malah bikin Kara semakin down. Sedih sebenernya. Padahal Pretty udah dipercaya, bahkan dia udah jadi sahabatnya Kara, tapi malah nglakuin hal yang sebaliknya.

Yang aku suka di sini tuh keluarganya Kara. Meskipun mamanya super lebai dan over protektif, dia itu cuma nggak mau Kara kenapa-napa aja. Sama kayak ibu kebanyakan yang nggak pengen anaknya kenapa-napa. Selain itu, aku juga suka sama Genta! OMG, kayaknya kalo ada kakak idaman, Genta masuk jadi kakak yang harus dipanut sama semua kakak-kakak di luar sana. Jatuh cinta banget aku tuh sama Genta. Cara dia memperlakukan adiknya tuh berasa kayak pacar. Kan jadi sayang akunyaa..

Selain ngbahas tentang insecurity, di sini juga ngbahas pentingnya komunikasi. Kalo nggak, bahaya! Bisa salah sangka dan nantinya malah nimbulin perpecahan karena hasil pemikiran sendiri. Jadi kalo ada yang memang nggak suka, ya bilang. Sampein ke orangnya langsung, biar orangnya ngerti, nggak dari orang lain, apalagi kalo udah banyak campuran tangan orang lain. Biasanya ditambahin bumbu-bumbu yang bikin pertengkaran semakin hebat.


Quotable:
"Gue nggak mau adek gue bareng laki-laki yang nggak cukup baik. Gue sayang banget sama lo. Jadi kalau suatu saat gue sama Papa berani lepasin lo buat dijaga orang lain, kita harus beneran yakin dia bisa menjaga lo sebaik yang selama ini kita lakukan buat bikin lo nyaman." — P. 58

"Aku ngerti. Tapi cinta itu dirasakan oleh hati, Kara. Bukan sesuatu yang dianalisis dengan logika. Kalau aku bisa memilih, aku akan menjatuhkan pilihan kepada orang lain yang aku tahu pasti juga menyukaiku. Tapi aku nggak bisa melakukan itu, karena hatiku memilih kamu, dan nggak mau yang lain. Dan aku nggak bisa melawan kata hati, karena aku tahu sesuatu yang berasal dari hati itu kebenaran yang harus diterima." — P. 216

"Sayang, orang menikah itu perlu cinta. Itu bener banget. Hubungan pasangan yang memutuskan berumah tangga karena cinta pasti lebih kukuh. Tapi cinta bukan satu-satunya hal penting. Kemapanan ekonomi terkadang lebih berperan merekatkan rumah tangga daripada cinta. Cinta nggak bisa ditukar buat beli beras dan susu bayi. Popok dan tisu basah itu dibelinya pakai uang." — P. 238

No comments:

Post a Comment