Tuesday, October 24, 2017

[Review] My Happy Ending

Judul : My Happy Ending

Penulis : Iyesari

Penerbit : Diva Press

Tebal : 483

"Kamu pasti bisa jadi ibu yang baik, belajar dewasa dengan sendirinya. Tapi jangan berubah, teap jadi Erina yang seperti ini karena Mas pasti kangen denger rengekan manja kamu."

BLURB

Bagi Erina, Abi adalah Pengeran Bermata Biru. Selalu.

Bagi Abi, Erina adalah area terlarang. Meskipun godaan
untuk mendekati Erina sangat besar, Abi berusaha bertahan.

Beda usia Erina dan Abi memang jauh. 14 tahun.

Tapi, bagi Erina, dianggap adik lebih menyakitkan
daripada melihat Abi menikah dengan perempuan lain.
Kenapa nasib begitu tega mempermainkannya?
Kenapa dia juga tidak bisa menganggap Abi sebagai kakak saja?
Kenapa dia justru cinta mati pada pria itu?

- - - - - - - - -  
Erina Prisma Brawijaya. Princess bagi Abi. Tak hanya menjadi princess, Erina juga menjadi seorang perempuan yang dianggap 'adik'. Apalagi Erina adalah adik Edgar, salah satu sahabat Abi.

Abimanyu Vernandos Bauer. Pangeran bermata biru milik Erina, sejak dia berumur 6 tahun sampai sekarang dia beranjak dewasa. Tapi bagi Abi, Erina adalah sesuatu yang harus dijauhinya. Bukan karena dia adik Edgar, tapi ada sesuatu yang membuatnya harus menjauhi Erina.

Bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Erina, yang sejak kecil sudah menyukai Abimanyu, sahabat kakaknya, Edgar. Siapa sangka, kalau perasaan sukanya tak hanya sekadar cinta monyet belaka? Perasaan tulus mencintai, sekalipun ditolak berkali-kali. Dicuekin, bahkan sampai ditinggal menikah. Tapi setelah mendengar kabar bahwa Abi sudah bercerai, Erina kembali mengejarnya. Jadi, bagaimana ini? Apakah Abi bakalan luluh sama Erina, atau nggak? Belum lagi masa lalu Abi yang selalu membayangi Abi setiap kali dia dekat dengan Erina. Bagaimana cara Abi mengatasi semua ini?

Novel ini merupakan novel yang diluncurkan di aplikasi wattpad awalnya. Dan aku sudah baca ini versi wattpadnya, karena aku salah satu penggemarnya kak Iyesari. Sejak awal aku baca novel ini udah suka banget. Apalagi sama karakter Abi. Ya ampun, bener-bener husband material gitu. Nggak kalah sama Ghilman di Secangkir Kopi dan Pencakar Langit. Apalagi anaknya Abi, si Twistan! Duh, bikin seneng aja gitu bacanya. Dan sukses bikin aku nangis bombai juga. Hahahah..

Banyak moral yang bisa diambil di novel ini. Mulai dari melepaskan masa lalu, meskipun susah. Jangan cepet ngambil keputusan, apalagi kalo keputusan itu nyangkut masa depanmu. Jangan deh pokoknya. Kalau punya trauma, jangan terlalu di doktrin ke otak, kasian, nanti malah masa depan yang ke ganggu. Terakhir, jadi diri sendiri yang apa adanya, tanpa harus jadi orang lain, apalagi buat orang yang kamu suka.

Quotable :
"Dewasa itu tidak ditentukan dari penampian atau pinternya kita dandan. Tapi, dewasa itu ditentukan dari pola pikir kita. Cara kita menyikapi sesuatu." - P. 41

"Abimanyu, kamu tidak punya trauma pelecehan seksualitas hanya karena ayah kamu cenderung lebih suka pada anak perempuan. Jadi, karena kamu tidak memiliki kenangan tentang hal itu, maka kamu tidak akan menjadi seperti itu juga. Trauma kamu hanya sebatas rasa bersalah dan tanggung jawab." - P. 211
"Cinta terpendamnya Mas itu kamu, bukan Alice atau siapa pun. Sejak dulu, cuma ada kamu. Malah kamu yang dulu masih suka ingusan udah mengalihkan dunia Mas." - P. 245
"Cinta nggak perlu dibuktiin lewat memori di HP, kan?" - P. 256

"Dengan mengorbankan kebahagiaan gadis lain? Itu bukan alasan, Bi. Nebus kesalahan lo dengan ngebuat diri lo sendiri itu bodoh. Bodoh banget. Kalo gue jadi lo, gue bakal buat hidup gue bahagia. Sebagai ganti karena Erica nggak bisa menjalani kehidupan itu." - P. 266

"Sudah menjadi tugas suami membantu mencucikan pakaian istrinya yang baru saja melahirkan. Tentu saja, itu bisa dilakukan oleh pembantu rumah, tapi akan lebih bermakna jika dilakukan oleh tangan sendiri. Itu sebagai bentuk rasa terima kasih suami kepada istrinya...." - P. 307

"Edgar itu menyenangkan kalau sebagai sahabat, kalau udah berperan jadi kakak kamu, dia berubah menjadi menyebalkan." - P. 329

"Seorang ibu tetaplah seorang ibu. Ia akan mejadi sangat menakutkan karena ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, tetapi akan berubah menjadi sangat bersahabat ketika anaknya bahagia." - P. 441

"Hidup ini nggak ada yang instan, Sayang. Mas jadi suami dan ayah dalam waktu yang cepat, bukan berarti Mas bisa langsung jadi sosok ayah yang bener buat Tristan saat itu. Mas melalui banyak sekali proses dan tahapan, belajar sedikit demi sedikit menjadi seorang ayah. Belajar dari pengalaman itu adalah guru yang paling baik." - P. 465


No comments:

Post a Comment