Wednesday, October 18, 2017

[Review] Stilettale

Judul : Stilettale

Penulis : LM Cendana

Penerbit : Inari

Tebal : 380 Halaman

"You have been my last dream and hope. You're my favorite ending."


BLURB :
Dilara Niranjana : "Iya. Aku ngajakin kamu nikah."
Erlangga Tunggadewa : "Biarpun kamu mau aja akusuruh kayang di atas Monas, aku nggak akan mau nikah sama kamu."

Keduanya memutuskan menikah karena sebuah kesepakatan. Anggap saja ini kesepakatan kerja.

Dilara akan mendapatkan suami, demi menyenangkan eyang putrinya yang sudah sakit-sakitan. Ditambah, ini bisa mengalihkan perhatian media dari kasus yang sedang diderita Stilettale, perusahaan mode miliknya.

Sedangkan Erlangga, sebagai pemilik Tunggadewa Grup, dia menginginkan tanah milik Dilara untuk proyek perumahan elite-nya.

Namun kehidupan 'kesepakatan kerja' mereka tak berjalan semulus itu.

- - - - - - - -
Dilara Niranjana, seorang wanita mandiri yang memiliki perusahaan mode bernama Stilettale. Di bawah sifat perfeksionisnya, Dilara mampu membuat Stilettale menjadi rumah mode yang menjadi favorit banyak orang. Tapi nggak semuanya semudah itu. Ada beberapa kejadian yang membuatnya harus terseok-seok akibat disangka plagiat. Belum lagi tuntutan dari Eyang Putrinya yang menginginkan dia menikah, sementara dia nggak pengen menikah. Hmm.. Cukup rumit ya.

Karena emang kebiasaan adat Timur kita nih, kalau cewek yang sudah dianggap 'matang', harusnya udah married dan punya anak. Selain itu, novel ini juga menceritakan, bagaimana ambisi seorang Dilara dalam mempertahankan Stilettale yang hampir saja gulung tikar akibat kelakuan Dilara yang di awal cerita sempat ceroboh, yaitu meninggalkan buku sketchnya di sebuah kafe. Tak hanya itu, datangnya Ares, yang ternyata 'teman' masa kecil Dilara pun, membuat semuanya sedikit berantakan.

Novel ini bagus, karena mengajarkan kita, bahwa apa yang kita inginkan, kita cita-citain itu harus diraih dengan cara yang baik, tanpa harus bikin orang lain sakit hati ataupun terluka. Tapi di awal, aku nggak suka sama Dilara. Jadi orang terlalu perfeksionis dan sedikit kasar. Apalagi terhadap bawahannya. Belum lagi sifatnya yang angkuh. Ya ampun, kok ada ya cewek kayak gitu. Tapi, dari alur, segi latar dan gaya bahasa, aku suka. Topik yang diangkatpun pesan moralnya tersampaikan ke pembaca.

Quotable :
"Sedangkan yang kamu jual adalah 'sampah' bagi dunia mode trendi, tapi sebuah harta karun yang terpendam. Pasar nggak menerima harta karun yang sulit ditemukan. Mereka lebih senang memakai barang murahan, meski eksklusif dan dipajang dengan harga tertinggi. Harta karun seharusnya ditemuka oleh orang yang tepat. Kamu bisa buka label sendiri dan menuangkan idealismemu yang avant-grade. Seperti Tex Saverio." - P. 40

"Seorang wanita pasti memiliki sisi berbeda, yang tidak ditunjukkan di depan lelaki." - P. 82

"We'll see, Wolf. Pernikahan itu kan cuma legalitas dan formalitas dari nafsu manusia aja. Dan juga untuk meneruskan keturunan. Nggak ada yang lebih. Cinta dan nafsu beda tipis." - P. 105 to 106

"Kalau kamu nggak merasa begitu, kamu nggak akan sembunyi dari identitasmu, seperti yang kulakukan. Kamu nggak akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras, seperti yang kulakukan. Dan kamu akan mencari cara sebisanya untuk menolak ajakanku untuk menemaniku ke mana pun." - P. 125

"Maksudku, coba bayangkan kalau gaun itu jadi trendsetter. Kemewahan udah nggak zaman. Kalau terlalu mewah kok kesannya jadi kampungan, ya? Kate Middleton yang dipinang pangeran saja gaunnya sederhana. Kenapa kita harus prestisius?" - P. 132

"Kamu sadar nggak sih kalau kamu terlalu baik? bahkan terlalu mudah percaya sama orang. buktinya, kamu gampang percaya sama orang asing seperti aku. kamu gampang dibodoh-bodohin. itu yang bikin orang-orang mudah manfaatin kamu." - P. 164

"I don't think so. Justru karena cantik, rasanya sayang kalau terlalu diekspos. Akan banyak pemburu yang menodongkan senjata dan menebar jala. Being beautiful is dangerous." - P. 201

"Pernikahan bukan sebuah bisnis yang saling menguntungkan. Pernikahan adalah ikatan yang sakral. Tanggung jawabnya bukan hanya soal hati dan materi, tapi juga Tuhan." - P. 217

"Justru saya belajar banyak dari kehidupan. Kamu boleh meneriakkan kemenangan. Berbahagialah dengan kemenangan palsu. Ilusi yang memabukkan memang. Menyedihkan sekali." - P. 268

"Asal kamu tahu, aku mempelajari banyak hal tentang kamu. Kekeraskepalaan kamu, perdebatan di meja, kasih sayang kamu pada Eyang Widya. Dan selama itu pula secara nggak langsung, kamu juga mengajarkan aku cara bertahan hidup tanpa menyakiti orang lain. Tanpa mencurangi siapa pun." - P. 280

"Dunia ini didominasi warna hitam. Untuk itu, kamu perlu menjadi putih. Meskipun jika pada akhirnya kamu menjadi satu-satunya putih di antara yang hitam, pertahankanlah. Setidaknya dengan begitu kamu menjadi terhormat." - P. 287

"Semua itu disebabkan oleh orang-orang macam dia. Seandainya orang-orang seperti dia tidak ada di dunia ini, tidak akan ada perempuan yang menderita bulimia, anoreksia, melakukan bedah plastik, diet ketat bahkan bunuh diri hanya karena merasa gagal memenuhi standar kecantikan media." - P. 320

"Trust the tale. Not the teller." - P 338

"Kamu boleh menjadi idealis. Kamu boleh fokus dengan karier. tapi tetap ingat bahwa kamu butuh dicintai dan mencintai orang lain. Kamu butuh anak-anak yang kelak bisa meneruskan usahamu. Pulang dan carilah akhir bahagia dongengmu sendiri." - P. 378 to 379

No comments:

Post a Comment