Judul : Djenar : A Mother's Dignity
Penulis : Al-Al Malagoar
Penerbit : Histeria
Tebal : 575 Halaman
"Om, apakah liburan itu memang semahal ini? Aku hanya ingin jalan-jalan sama Mama dan Mas, Om. Tapi kenapa rasanya mahal sekali ya, liburan buatku? Aku juga mau kerja, Om, agar aku bisa memberli waktu Mama. Agar aku bisa menggaji Mama untuk menemaniku liburan."
BLURB
Seluruh hidupku berubah 180 derajat saat kedua anak menggemaskanku berubah. Galang menjadi semakin liar di usia 14 tahun. Dan Kin semakin tertutup di usia 12 tahun.
Aku tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran mereka. Yang aku tahu hanya... bagaimana menjadi ibu sekaligus ayah yang baik untuk kedua bayiku.
Hampir seluruh waktuku tersisa untuk bekerja. Sampai pada suatu hari, ketika aku dipusingkan dengan jerawat si bungsu dan mendapat email dari sekolah Galang. Aku harus segera melunasi biaya sekolah Galang hampir 31 juta dalam kurun waktu tiga bulan, bunyi emailnya.
Hampir 31 juta dalam tiga bulan!
Ini gila!
Aku harus mencari di mana uang sebanyak itu, sementara penjualan asuransiku mengalami masa-masa anjloknya?
Kalau kau ibu single seperti aku dan dihadapkan dengan masalah itu, apa yang akan kaulakukan?
Ada ide untuk berbagi?
Aku tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran mereka. Yang aku tahu hanya... bagaimana menjadi ibu sekaligus ayah yang baik untuk kedua bayiku.
Hampir seluruh waktuku tersisa untuk bekerja. Sampai pada suatu hari, ketika aku dipusingkan dengan jerawat si bungsu dan mendapat email dari sekolah Galang. Aku harus segera melunasi biaya sekolah Galang hampir 31 juta dalam kurun waktu tiga bulan, bunyi emailnya.
Hampir 31 juta dalam tiga bulan!
Ini gila!
Aku harus mencari di mana uang sebanyak itu, sementara penjualan asuransiku mengalami masa-masa anjloknya?
Kalau kau ibu single seperti aku dan dihadapkan dengan masalah itu, apa yang akan kaulakukan?
Ada ide untuk berbagi?
- - - - - - - - -
Djenar, seorang single parent, pekerjaannya selama ini sebagai agen asuransi. Memiliki dua orang anak, Galang yang berumur 14 tahun, dan Kinar yang berumur 12 tahun. Semuanya terasa baik-baik saja, sampai Galang mulai berbuat nakal di sekolahnya, dan Kinar mulai tertutup. Padahal, seharusnya, anak perempuan kan ceriwis gitu ya kan? Terus mulai suka curhat ke mamanya. Belum lagi tagihan yang masuk di emailnya, tagihan sekolah Galang yang mencapai 31 juta dalam tiga bulan. Padahal asuransinya masih dalam masa yang nggak stabil, karena dia nggak mencapai target akhir-akhir ini.
Dalam proses pencapaian mangsanya inilah, Djenar menemukan berbagai macam kejadian, mulai dari Kinar yang mendadak bolos sekolah, mangsa yang diincarnya membuatnya bersaing dengan mantan sahabat yang tak disukainya. Lalu, bagaimana Djenar bisa berjuang?
Novel debut yang superb tebel menurutku. Beneran. 500 halaman lebih, padahal kukira cuma 200 atau 300 halaman gitu.
Oke, alesan kenapa aku pilih novel ini adalah karena menceritakan tentang perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anak-anaknya. Dan novel yang model begini selalu menangin hatiku. Jadi, apakah novel ini menyenangkan hatiku? Jawabannya ya dan nggak.
Di awal, aku respect banget sama Djenar, karena dia sosok yang kuat, tangguh, tahan banting lah. Mirip-mirip sama mamakku. Kerja iya, ngurusin rumah iya. Sayangnya, pas dia nemuin Galang main musik, Djenar malah marah-marah, bilang musik nggak jelas segala macem. Di sini aku mulai kesel banget sama Djenar. Seakan-akan dia mengecilkan sebagai seorang musisi. Meskipun, emang kadang iya, penghasilan dari seorang musisi yang belum ternama nggak banyak, tapi kan nggak begitu caranya.
Selain itu, novel ini juga cukup lebai. Bener deh. Beberapa kali pengulangan kata, udah gitu, pake capslock juga. Capek mata banget. Jadi bikin aku sempet males buat ngelanjutin, karena capek ini mata bacanya :( Mana Djenarnya juga sibuk kerja, anak dititipin ke Barat doang. Kayak lepas tanggung jawab gitu. Berkedok cari duit. Argh, benci banget yang beginian. Padahal kan kalo mau, Djenarnya bisa ngajarin mereka sendiri.
Di bagian akhir, aku dikagetkan dengan satu fakta. Ternyata, yang bikin Djenar selama ini kesusahan itu ya dirinya sendiri! Penasaran? Baca sendiri! Sumpah, pas baca, aku keki setengah mati. I mean, please, nggak usah sok kuat kalo emang nggak kuat. Karena itu nyusahin kamu sendiri, nyusahin anak-anaknya, karena jadi kayak anak ayam nggak ada induknya. Egonya dia sebagai ibu itu terlalu tinggi gitu loh. Sampai mengabaikan anak-anaknya, ngomong kalo anaknya butuh duit lah, dan alesan lainnya. Anaknya butuh ibu sih setauku. Nggak cuma itu aja, aku juga diherankan dengan alasan dia menyekolahkan Galang dan Kinar di sekolah internasional, karena nggak mau nantinya kayak dia. Padahal, sekolah swasta yang bagus juga ada, yang jelas, biayanya nggak sebesar yang internasional. Kualitas? Hampir sama malah. Kadang sekolah swasta lebih unggul. Kalo memang nggak mampu, kenapa harus memaksakan sih?
Quotable:
"Hanya saja, kadang, seorang anak, hanya menginginkan kehadiran ibunya. Nggak satu hari penuh kalau memang itu terlalu berat. Waktu-waktu senggang saja, tapi yang begitu berkualitas. Beberapa menit saja, tapi bisa membuat anak-anak merasa disayangi dan dicintai." — P. 249Barat, seorang guru les laki-laki yang dipilih oleh Jen—panggilan Djenar—untuk menjadi tutor Galang. Yah, tidak usah mendapat nilai bagus, minimal dia bisa naik kelas. Barat sendiri merupakan salah seorang teman dari adik Djenar. Tapi bukan berarti dia nggak dibayar kan? Hal itulah yang kemudian membuat Djenar bekerja lebih keras. Selain menjadi agen asuransi yang harus mencapai target serta mendapat 'mangsa' seorang manajer, Djenar juga bekerja sambilan sebagai tukang ojek. Yah, minimal dia bisa menambah-nambah sedikit, walaupun dia tau itu mustahil.
Dalam proses pencapaian mangsanya inilah, Djenar menemukan berbagai macam kejadian, mulai dari Kinar yang mendadak bolos sekolah, mangsa yang diincarnya membuatnya bersaing dengan mantan sahabat yang tak disukainya. Lalu, bagaimana Djenar bisa berjuang?
Novel debut yang superb tebel menurutku. Beneran. 500 halaman lebih, padahal kukira cuma 200 atau 300 halaman gitu.
Oke, alesan kenapa aku pilih novel ini adalah karena menceritakan tentang perjuangan seorang ibu untuk menghidupi anak-anaknya. Dan novel yang model begini selalu menangin hatiku. Jadi, apakah novel ini menyenangkan hatiku? Jawabannya ya dan nggak.
Di awal, aku respect banget sama Djenar, karena dia sosok yang kuat, tangguh, tahan banting lah. Mirip-mirip sama mamakku. Kerja iya, ngurusin rumah iya. Sayangnya, pas dia nemuin Galang main musik, Djenar malah marah-marah, bilang musik nggak jelas segala macem. Di sini aku mulai kesel banget sama Djenar. Seakan-akan dia mengecilkan sebagai seorang musisi. Meskipun, emang kadang iya, penghasilan dari seorang musisi yang belum ternama nggak banyak, tapi kan nggak begitu caranya.
Selain itu, novel ini juga cukup lebai. Bener deh. Beberapa kali pengulangan kata, udah gitu, pake capslock juga. Capek mata banget. Jadi bikin aku sempet males buat ngelanjutin, karena capek ini mata bacanya :( Mana Djenarnya juga sibuk kerja, anak dititipin ke Barat doang. Kayak lepas tanggung jawab gitu. Berkedok cari duit. Argh, benci banget yang beginian. Padahal kan kalo mau, Djenarnya bisa ngajarin mereka sendiri.
Di bagian akhir, aku dikagetkan dengan satu fakta. Ternyata, yang bikin Djenar selama ini kesusahan itu ya dirinya sendiri! Penasaran? Baca sendiri! Sumpah, pas baca, aku keki setengah mati. I mean, please, nggak usah sok kuat kalo emang nggak kuat. Karena itu nyusahin kamu sendiri, nyusahin anak-anaknya, karena jadi kayak anak ayam nggak ada induknya. Egonya dia sebagai ibu itu terlalu tinggi gitu loh. Sampai mengabaikan anak-anaknya, ngomong kalo anaknya butuh duit lah, dan alesan lainnya. Anaknya butuh ibu sih setauku. Nggak cuma itu aja, aku juga diherankan dengan alasan dia menyekolahkan Galang dan Kinar di sekolah internasional, karena nggak mau nantinya kayak dia. Padahal, sekolah swasta yang bagus juga ada, yang jelas, biayanya nggak sebesar yang internasional. Kualitas? Hampir sama malah. Kadang sekolah swasta lebih unggul. Kalo memang nggak mampu, kenapa harus memaksakan sih?
Quotable:
"Jangan pernah melihat hasil selama anakmu mau berusaha. Lihatlah prosesnya. Dia yang awalnya nggak mau membuka buku pelajaran sekali pun, sekarang sudi menghitung soal yang rumit-rumit. Hasil itu bukan apa-apa, Jen. Prosesnyalah yang merupakan titik balik seorang manusia." — P. 287
"Memarahi anak bukan solusi, Jen. Itu hanya luapan kekesalan orang tua saja. Kalau kamu ingin menekan nilai bolos anakmu, kamu harus tahu alasannya memolos apaan. Selalu ada langkah untuk kemajuan, Jen." — P. 298
No comments:
Post a Comment