Judul : My Husband
Penulis : J. Putri Anggura
Penerbit : Histeria
Tebal : 355 Halaman
"Jika kita mencintai seseorang, kita tidak harus selalu bersama ataupun memilikinya, ada kalanya melihat dia bahagia sudah cukup bagi kita, sekalipun dia bahagia bukan karena kita melainkan karena orang lain."
BLURB
Kisah seorang gadis bernama Ana Smith yang berjuang untuk mempertahankan pernikahannya yang semakin hari semakin rumit dan penuh dengan tanda tanya (?) juga perjuangannya untuk membuat suaminya jatuh cinta padanya.
- - - - - - - -
Ana Smith, seorang cewek yang selalu merasa rendah diri, nggak cantik kayak kakaknya, Alea, nggak sepintar kakaknya dan biasa-biasa aja. Selama ini, dia selalu sendiri, nggak punya banyak temen, dan nggak se-famous kakaknya. Ya intinya, dia nggak kayak kakaknya yang punya banyak kemampuan dan skill gitu. Apalagi Alea juga seorang model, makin keder lah dia. Sejak kecil, mereka udah nggak punya orangtua, karena orangtua mereka kecelakaan. Selain itu, Ana tidak disukai mamanya. Dan dia hanya memiliki seorang sahabat, Nina.
Oke, jadi, selama baca novel ini tuh, seru. Karena ngeliat Ana, yang maju terus pantang mundur, berusaha mendapatkan hatinya Edward, meskipun dicuekin, nggak dianggep ada. Setiap masak, selalu berakhir di tong sampah juga. Sedih sih liatnya. Tapi ya mau gimana lagi? Cuma itu satu-satunya cara supaya Edward mau ngeliat dia. Meskipun ujung-ujungnya nggak keliatan juga.
Herannya aku, kenapa ya, Edward ini kok mau banget sama Ana kalo emang nggak cinta? Minimal suka lah. Maksudku, kalo emang nggak mau kan ya udah. Nggak usah memaksakan kehendak supaya dia nikah sama Ana kalo ujung-ujungnya nggak nyaman di hubungan itu sendiri ya kan? Tapi hal ini dijelasin kok di novelnya.
Kalo menurutku, setelah baca ini, aku tuh jadi makin paham, menikah nggak cuma aku suka dia, atau dia suka aku. Segala sesuatu itu nggak bisa dipaksain. Nggak bisa salah satu pihak aja yang mencintai. Namanya cinta, ya dua arah kan? Memang ada yang namanya pepatah 'witing tresno, jalaran seko kulina', cinta datang karna terbiasa. Tapi kalo diaplikasiin di dunia nyata juga nggak bisa.
Selain itu, novel ini ada kekurangannya, cukup banyak typo gitu. Terus layout-nya juga masih Wattpad banget. Narasinya juga, terlalu banyak, jadinya ngebosenin gitu. Tapi di luar itu semua, udah cukup oke kok.
"Cinta tak mengenal dari mana kita berasal, bagaimana status kita dan seperti apa penampilan kita." — P. 80Edward, laki-laki yang bisa dibilang berpenampilan sempurna, yang sejak pertama bertemu dengan Ana membuatnya terpesona. Sampai akhirnya, mereka berdua menikah. Tanpa ikatan cinta di antara keduanya. Ana selalu berusaha membuat Edward 'melihat'nya. Tapi Edward sendiri selalu mengabaikannya, tidak menganggapnya ada. Lalu, bagaimana Ana akan menyelamatkan rumah tangganya, kalau hubungan mereka sendiri tidak berlandaskan cinta?
Oke, jadi, selama baca novel ini tuh, seru. Karena ngeliat Ana, yang maju terus pantang mundur, berusaha mendapatkan hatinya Edward, meskipun dicuekin, nggak dianggep ada. Setiap masak, selalu berakhir di tong sampah juga. Sedih sih liatnya. Tapi ya mau gimana lagi? Cuma itu satu-satunya cara supaya Edward mau ngeliat dia. Meskipun ujung-ujungnya nggak keliatan juga.
Herannya aku, kenapa ya, Edward ini kok mau banget sama Ana kalo emang nggak cinta? Minimal suka lah. Maksudku, kalo emang nggak mau kan ya udah. Nggak usah memaksakan kehendak supaya dia nikah sama Ana kalo ujung-ujungnya nggak nyaman di hubungan itu sendiri ya kan? Tapi hal ini dijelasin kok di novelnya.
Kalo menurutku, setelah baca ini, aku tuh jadi makin paham, menikah nggak cuma aku suka dia, atau dia suka aku. Segala sesuatu itu nggak bisa dipaksain. Nggak bisa salah satu pihak aja yang mencintai. Namanya cinta, ya dua arah kan? Memang ada yang namanya pepatah 'witing tresno, jalaran seko kulina', cinta datang karna terbiasa. Tapi kalo diaplikasiin di dunia nyata juga nggak bisa.
Selain itu, novel ini ada kekurangannya, cukup banyak typo gitu. Terus layout-nya juga masih Wattpad banget. Narasinya juga, terlalu banyak, jadinya ngebosenin gitu. Tapi di luar itu semua, udah cukup oke kok.
No comments:
Post a Comment