Thursday, May 2, 2019

[Review] The Perfect Charm


Judul : The Perfect Charm

Penulis : Dy Lunaly

Penerbit : Histeria

Tebal : 431 Halaman

"Untukmu, yang terus berusaha menyempurnakan diri yang terus berusaha melengkapi walau sendiri."


BLURB

Dewasa berarti terpaksa meninggalkan kenyamanan yang memabukkan dan berkenalan dengan kesedihan serta ketidaksempurnaan. - Dhe

Dhe memiliki kehidupan yang sempurna. Menawan, mapan, berprestasi, dan terkenal. Tidak ada yang menyangka di balik itu semua Dhe menyimpan sebuah rahasia yang menjadi alasan dia membentengi diri dari cinta. Sejak itu Dhe memutuskan untuk melupakan cinta, apalagi pernikahan.

Hingga dia bertemu Satria.

- - - - - - - - - -

Adhela Dyahayu Prameswari, desainer perhiasan yang cukup terkenal, memiliki klien dari kalangan selebriti tanah air dan sudah go internasional. Nggak ada yang kurang dalam hidupnya. Ayah dan Ibunya menyayanginya, Alena, kakaknya pun menyayanginya. Sayangnya, bagi Dhe, masih ada yang kurang. Dia belum menikah. Ralat, dia memutuskan untuk tidak menikah. Dia tidak suka ada pesta di hari ulang tahunnya, seperti saat ini. Dia terpaksa pulang dari Hongkong, karena dia harus datang di acara ulang tahunnya yang sudah dirancang oleh Ibu dan Alena.
"Pertanyaan apa? Oh! Tentang kamu kapan nikah? Di mana salahnya? Itu artinya semua orang perhatian dan sayang sama kamu. Kalau kamu bosan dengan pertanyaan itu, ya, kamu tinggal ajak calon pasangan kamu aja. Nggak susah, kan?" — P. 5
Selama ini, dia menghindari pulang adalah karena ini. Pertanyaan yang diajukan setiap kali dia pulang, berlanjut dengan Para Tante, sebutan untuk tante-tante yang selalu datang saat pesat ulangtahunnya, selalu berniat menjodohkannya dengan salah satu anak mereka. Yang tentunya hal ini cukup dibenci Dhe, ingat, dia tidak mau menikah.

Selama ini, Dhe dekat dengan Ahsan, sepupunya yang memiliki masalah dengan keluarganya sendiri. Karena dia memutuskan untuk tidak mengikuti yang diinginkan kedua orangtuanya. Bagi Dhe, Ahsan adalah sosok kakak laki-laki yang dicarinya. Apalagi sejak kejadian itu. Kejadian yang membuatnya menjadi orang yang beda, yang menjaga jarak dengan Alena. Seperti biasanya, di setiap acara ulang tahunnya, entah kenapa Alena selalu membuat kabar gembira yang kemudian membuat Alena menjadi orang yang diperhatikan di acara itu.

Bagi Dhe, semua cowok itu sama memuakkannya, sama seperti mantan pacarnya, yang membuatnya malas untuk memulai hubungan lagi. Tapi hal itu tidak berlaku saat dia bertemu Satria, salah satu klien yang memesan perhiasan untuk pernikahannya. Lalu, apa yang akan dilakukan Dhe? Mengingat Satria adalah klien, dan dia memiliki prinsip untuk tidak merusak hubungan klien.


Jujur aja, ini novel yang aku pengen banget dari lama, tapi nggak kebeli-beli. Novel Kak Dy juga yang baru kubaca, padahal aku udah ada beberapa novel Kak Dy, tapi kutimbun saja. Shame on me. Hehehe..

Awal baca novel ini, cukup kesel sama Dhe. Karena dia tidak begitu mencintai dirinya kalo kubilang. Terlalu banyak hal yang dia nggak percaya diri, terlalu merendahkan dirinya malah. Tapi memang iya sih, masalah yang ada di dirinya dia cukup bikin nyesek, tapi kan nggak harus menutup diri juga gitu. Meskipun dalam kasus ini, Dhe cukup kuat banget untuk menghadapi orang yang ceriwis nanyain kenapa dia nggak kunjung nyusul Alena. Yang aku suka di sini itu karakternya Ahsan sama Satria. Tipe-tipe cowok yang mau nyemangatin orang di dekat mereka, biar nggak gampang menyerah, nggak gampang down, dan percaya diri, meskipun dikit.

Untuk alur ceritanya sendiri, maju dan lambat banget, cukup bertele-tele, hehehe.. Jadi kayak muter-muter di sana aja gitu, sampe aku harus iseng untuk buka halaman belakang dan tengah buat nyari kenapa sebenernya si Dhe ini, karena emang ada sesuatu hal yang disembunyiin gitu. Cuma disebut-sebut, dia nggak bisa kayak wanita seutuhnya.

Overall, kusuka ceritanya, penyemangat untuk cewek di luar sana, banyak quote yang bener-bener relate sama kehidupan nyata juga.

Quotable:
"Aku tahu, cinta aja nggak cukup tapi memang bukan cuma cinta yangbikin aku menerima lamarannya. Tapi dia." — P. 63

"Setiap cinta punya perjuangannya masing-masing, San." — P. 115

"Terkadang cinta memang buta, Dhe. Bahkan nggak punya logika. Tapi kita, manusia, diberkahi Tuhan mata dan pikiran. Sekalipun cinta itu buta dan nggak logis, kita punya mata untuk membuatnya jadi nggak buta dan kita punya pikiran untuk memberikannya logika." — P. 117

"Tapi jatuh cinta memang urusan hati tapi jangan pernah lupa untuk nanya ke pikiran." — P. 117

"Kadang cewek cuma pengin diperjuangkan dan ngelihat seberapa yakin lo sama perasaan lo ke dia. Kalo lo yakin dan benar-benar serius, perjuangin rasa lo." — P. 118

"Lo selalu bilang kalau lo nggak sempurna, nggak kayak Alena. Tapi Dhe, sejak kapan orang harus sempurna untuk boleh bahagia?" — P. 174

"People always make mistakes and nobody perfect. Kesalahan lo mungkin karena dulu jatuh cinta sama Jerry, lo juga nggak sempurna karena itu tapi bukan berarti lo nggak bisa memperbaikinya terus menemukan bahagianya lo?!" — P. 209

"Kamu yang nggak mau ngerti. Pernikahan nggak selalu tentang punya anak." — P. 330

"Aku nggak mungkin bisa hidup sama seseorang yang nggak cinta sama dirinya sendiri." — P. 331

"Kepergian istriku membuatku sadar kalau sepanjang hidup kita mencari seseorang yang mengerti dan memahami kita tapi kita sering lupa kalau semua orang juga merasakan hal yang sama. Seharusnya aku berusaha lebih untuk mengertikan dan mendengarkannya. Mungkin kalau aku melakukan itu dia tidak akan pergi." — P. 367

"Setidaknya sekali dalam hidup kita pasti akan sampai di titik yang memaksa kita memikirkan ulang semua yang terjadi dalam hidup termasuk keputusan-keputusan yang pernah kita ambil." — P. 367

"Karena mereka yakin salah satu keindahan dalam hidup adalah memahami setiap bedan yang pernah patah atau rusak memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Begitu juga dengan hati, Nona." — P. 369

"Tentu saja menyakitkan. Proses pemulihan merupakan proses yang menyakitkan. Hatimu terasa menyakitkan ketika patah hati karena saat itu juga proses pemulihan terjadi." — P. 369

"Cinta tidak pernah memaksa. Cinta tidak pernah dipaksakan." — P. 371

"Cinta itu bukan kata sifat, Nona. Cinta itu kata kerja. Cinta tidak harus diucapkan tapi ditunjukkan oleh tindakan. Aku memilih untuk menujukkan cintaku dengan menunggunya." — P. 372

"Tapi aku minta percaya sama harapan. Harapan nggak mungkin berkhianat selama kamu masih mempercayainya." — P. 401

No comments:

Post a Comment