Wednesday, May 15, 2019

[Review] Vio Don't Mess Up


Judul : Vio Don't Mess Up

Penulis : Shania Kurniawan

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 251 Halaman

"Karena gue udah janji sama lo bakal berubah dan gue masih aja nggak bener. Gue nggak mau lo kecewa sama gue."


BLURB

Vio menyandang gelar siswi paling bermasalah sepanjang sejarah SMA Mayapada. Dia sering bolos dan sudah menunggak gorengan selama dua semester! Itu yang membuat dia nggak punya teman sama sekali.

Hidup Vio berubah saat dia dipaksa belajar dengan cowok pintar yang kaku banget bernama Jo. Sebenarnya Vio nggak sudi, tapi mau bagaimana lagi? Kalau semester ini Vio mendapat nilai merah, kakaknya yang sangat dia hormati bakal dipanggil ke sekolah. Jadi, Vio harus tahan belajar bareng cowok yang kalau berbicara formal banget itu.

Setelah mengikuti program belajar dengan Jo, Vio lebih mudah memahami mata pelajaran yang dulu terasa sulit. Yang jadi pertanyaan, kenapa Vio jadi panas dingin kalau Jo berbicara santai padanya, ya? Duh, Vio kan mesti konsentrasi belajar. Jangan sampai dia hanya sibuk memikirkan Jo. Padahal ini kan demi nilai rapor dan kakaknya...

- - - - - - - - -

Vio, seorang cewek yang bisa dibilang nakal. Gimana nggak? Dengan track recordnya yang suka bolos pelajaran, ngutang di kantin selama dua semester, belum lagi kalo adu jotos sama temennya. Makin deh, menambah catatan hitam di kitab Kepsek SMA Mayapada. Oh, jangan lupakan juga nilai di rapornya yang pada kebakaran jenggot. Karena itulah, sang Kepsek akhirnya memberi bantuan memaksa, yaitu dengan memberinya mentor. Dan Vio pun mau nggak mau mengiyai bantuan tersebut. Karena nggak mau kakaknya, Cello, dipanggil ke sekolah.
"Ada banyak cara untuk melupakan, Vio. Salah satunya adalah belajar, seperti yang selama ini kamu lakukan. Tapi, kamu akan lelah setelah mencapai titik tertentu. Pergi dan melupakan itu amat sangat melelahkan karena tidak ada yang bisa mencegah kenangan untuk menemukan kita." — P. 207
Jo, seorang mentor yang diberikan Pak Har—Kepsek di SMA Mayapada—yang kalo ngomong pake bahasa super kaku dan baku. Dia ini beda setahun gitu sama Vio. Jadi, sekarang dia kelas sebelas. Cukup pintar, tapi juga cukup pendiam. Saat disuruh menjadi mentor Vio, dengan iming-iming biaya sekolah yang didiskon, dia nggak menolak. Karena memang itu yang dibutuhkan saat ini. Mengingat keluarganya sedang dalam kondisi yang nggak baik-baik aja.

Selama awal Jo menjadi mentor Vio, tentu saja banyak penolakan ketimbang menurut. Tapi semakin lama Jo mengajari Vio, semakin Vio ingin mengenal Jo. Karena Vio sendiri cukup peka terhadap perubahan Jo yang kadang menurutnya aneh. Dan ternyata benar. Jo memiliki masa lalu yang cukup menyesakkan untuk diingat. Nggak berhenti sampai di situ saja, Vio sendiri memiliki masa lalu yang sedih. Lalu, apakah Vio dan Jo akan membagi cerita untuk satu sama lain?


Hmm.. Teenlit Gramedia akhir-akhir ini mulai kembali menelurkan cerita yang bener-bener the best menurutku. Ceritanya nggak begitu berat, meskipun konflik keluarganya tetep ada. Tapi seru. Termasuk novel ini.

Bisa dibilang, novel ini adalah novel debutnya Shania. Cukup lucu pas awal baca blurbnya. Ngutang gorengan di kantin selama dua semester? Apalagi dengan kelakuan nakalnya. Aku kira, Vio ini tipe anak pemberontak gitu loh. Tapi ternyata nggak. Di rumah dia bisa dibilang cukup nurut sama orangtuanya. Jadi aku putuskan untuk membaca sampai selesai, sebelum aku men-judge Vio lebih lama. Karena anak nakal itu biasanya memang punya alasan. Antara mereka memang nakal, atau sekedar mencari perhatian.

Selama baca, aku suka sikapnya Vio yang care, meskipun dia jutek dan ngeselin, kadang keponya berlebihan juga. Tapi dari Vio juga, aku belajar, untuk punya harapan dan mau berubah. Ah, selain itu, aku juga belajar banyak dari Jo. Karena dia belajar untuk melepaskan sesuatu, meskipun itu susah, meskipun itu berat dan kadang rasa bersalah itu terus datang. Tapi dia mencoba untuk melepaskan pelan-pelan.

Nggak cuma masalah sekolah aja yang dibahas di sini, tapi juga masalah keluarga. Nggak langsung, tapi di bagian akhir, mulai ditampakkan masalah keluarga yang melatarbelakangi kelakuan Jo dan Vio.

Untuk alur ceritanya sendiri, maju, tapi beberapa juga mundur, untuk yang mundur, itu beberapa kali kayak sekelebatan ingatan Jo tentang adiknya.

Quotable:
"Gue paham kok karena gue juga sempet nggak suka sama bokap lo. Bokap gue cuma satu. Tapi kalo lo mau ngebuka hati lo sedikit aja, lo pasti bisa nerima keadaan. Kayak gue." — P. 127

"Nggak tahu. Gue nggak tahu kenapa hal-hal itu terjadi sama kita. Nggak akan ada yang pernah tahu, dan kadang mungkin kita nggak perlu tahu. Kita cuma harus terus jalan ke depan." — P. 182

No comments:

Post a Comment