Judul : Honeymoon for Sophie
Penulis : Retha
Penerbit : Bhuana Sastra
Tebal : 260 Halaman
"Aku hanya ingin mencintai dirinya, hari ini, esok, dan seterusnya bahkan sampai aku tidak ingat lagi bagaimana rasanya jatuh cinta kepadanya."
"Aku hanya ingin mencintai dirinya, hari ini, esok, dan seterusnya bahkan sampai aku tidak ingat lagi bagaimana rasanya jatuh cinta kepadanya."
"My extraordinary falling star."
"Cinta yang datang tanpa syarat, namun sarat akan cita dan asa untuk selalu bahagia."
"Apakah kalian percaya pada keajaiban?"
"Elo bisa manfaatin dopamin, okstosin, dan testosteroon dalam tubuh kalian berdua."
"Aku tidak patah hati, Nad. Memiliki seseorang untuk berbagi masa lalu yang sama adalah berkah. Itu kalimatmu. Aku menghargai Katinka. Dia pernah berarti untukku. Dia juga ibu dari putriku, dan selamanya akan begitu."
"Kau milikku. Selalu. Aku tak akan pernah melepaskanmu dari hidupku."
"Seandainya hidup ini bisa berakhir bahagia selamanya. Tapi inilah akhir terbaik yang bisa kudapatkan."
"Jatuh cinta itu bukan tentang pilihan kayak lo mau makai jins atau rok, kemeja atau kaus. Lo mungkin bisa mikir, tapi lo nggak bisa milih mau jatuh cinta sama jaksa yang baik hati atau si berengsek dengan segala tabiat buruknya. Love isn't about thinking, but feeling. About heart not brain."
"Buktinya dia tetap saja menungguku untuk menerimanya walaupun aku belum memberikan jawaban atas permintaannya untuk menjadi pacarku di hari hujan itu."
"Aku emang nggak tahu pasti kapan aku mulai suka sama kamu, cinta sama kamu. Tapi aku tahu pasti hatiku hancur waktu kamu ninggalin aku."
"Karena bukan hanya kata yang menjadikan cinta tetap ada, tetapi dengan tindakan yang akan membuat cinta melekat selamanya."
"Kita tahu bahwa mengubah realitas itu mungkin dilakukan. Sulit memang, dan kebanyakan orang tidak akan repot-repot untuk mencoba, tetapi itu bisa jadi mungkin. Kita bisa mengubah realitas kebencian dengan bersikap terbuka kepada seorang teman. Dengan menyelamatkan seorang musuh."
"Kayak kesempatan dan kehidupan yang baru yang kemudian hadir kembali, mengalir di antara manisnya rasa dari secangkir cokelat."
"'Suatu hari nanti' itu, dimulai hari ini."
"Kue Dorayaki hanya ingin mengingatkanmu saja bahwa besok mungkin tidak akan sama dengan hari ini. Tapi hari-hari yang kulalui bersamamu adalah hari-hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku."
"Kesalahan di masa lalu bukan ukuran untuk menilai masa depan seseorang. Sebaliknya, kebaikan di masa lalu juga tak menjamin seseorang tak berbuat salah di masa depan."
"Kamu pasti bisa jadi ibu yang baik, belajar dewasa dengan sendirinya. Tapi jangan berubah, teap jadi Erina yang seperti ini karena Mas pasti kangen denger rengekan manja kamu."
"Frea-san akan sangat bahagia. Penantiannya berbuah manis."
"You have been my last dream and hope. You're my favorite ending."
"Kadang lebih mudah membenci daripada menyukai, karena yang kedua selalu berujung pada pengharapan, dan tidak semua harapan mewujud nyata. Seperti mengharap seorang ibu kembali, atau seorang ayah melunak."
"Benar apa yang dikatakan semua orang, bahwa tempat terbaik di seluruh muka bumi ini adalah rumah. Dan menghabiskan waktu bersama keluarga."
"Kalau memang benar-benar sayang dan cinta sama perempuan, jangan bilang rela mati buat dia. Justru harus kuat hidup untuk dia. Rela mati sih gampang, dan bego. Misalnya, demi menyelamatkan istri lo, lo rela mati. Lo merasa udah jadi pahlawan kalau udah begitu, egois itu. Setelah lo mati, yang melindungi dan menyayangi istri lo lantas siapa? Lo meninggal dan istri menangisi lo karena nggak ada lo lagi, itu yang dibilang pahlawan?"
"Pendamping hidup yang diberikan Tuhan kepadamu adalah yang terbaik bagi dirimu. Kekurangan yang dimiliki pasanganmu jangan dijadikan alasan untuk berpaling kepada orang lain, karena tiap orang pasti memiliki kelemahan di samping kelebihannya.
Dengan tetap berkomitmen untuk setia pada pasangan, percayalah, kebahagiaan dan berkat Tuhan akan selalu menyertai perjalanan hidup rumah tanggamu."
"Semua akan baik-baik saja. Dan meski tidak baik-baik saja. Sebenarnya semua baik-baik saja."
"Iya. Kami punya banyak waktu untuk berbagi cerita. Jalan yang lebih panjang untuk ditempuh bersama. Perasaan yang lebih luas untuk dijelajahi."
"Cerita cinta kau dan aku memang tak sedramatis Ramayana.
Kita juga tak berakhir tragis seperti Romeo dan Juliet.
Semua mengalir lancar, berawal dari kau dan aku bertukar tatap di udara. Dan jatuh cinta. Dan letupan-letupan kecil--aku tak akan menyangkal yang satu ini--terdengar di sana-sini.
Sederhana."
"Memang, orang harus merasakan kehilangan dulu. Agar dapat merasakan pentingnya hal atau sosok orang tersebut."
"Cinta itu sesuatu yang sakral atau suci. Gibran enggak mau jatuh cinta berkali-kali dan akhirnya menodai kesucian cinta itu sendiri. Cukup sekali untuk selamanya. Cinta diam-diam yang gagal."
"Playboy yang seperti angin ini tiba-tiba menjadi angin yang berhenti berhembus dan berada di sampingku."
"To make a relationship last, love isn't all you need. You need to be going to the same direction at the same speed, too."
"Kenangan memang sering menjebak. Tapi, sebaiknya, kenangan tetap jadi kenangan. Jangan diubah jadi harapan, selamanya lo jalan di tempat. Nggak maju-maju."
"Lo teman hidup terbaik gue dan terima kasih selalu ada buat gue."
"Ketika Tuhan mengambil sesuatu darimu, Dia pasti memberikan penggantinya. Bahkan jauh sebelum kau kehilangan mereka."
"Aku tau karena kita sama, Morrison. Kita memiliki kemampuan yang sama."
"Yah.. Kadang-kadang tidak perlu orang genius untuk memecahkan kasus. Agak pintar saja cukup."
"That's how we say it. Tapi kita menuliskannya T-o-u-c-h-e. It's a France word."
"Aku tidak menyukai tembikar-tembikar itu. Muram dan berbisik seperti hu hu hu hu."
“Pernah ngga kamu berpikir betapa kejamnya waktu?, Waktu terus berjalan tanpa peduli apa yang terjadi. Waktu nggak akan mau berhenti walau cuma sebentar untuk membiarkan kamu diam ditempat. Dia bakal terus berjalan sampai Tuhan yang menghentikan. Kadang berjalannya waktu nggak membawa perasaan-perasaan dimasa lalu melebur. Itulah kenapa aku berpikir waktu itu kejam. Dia kayak saksi yang nggak bisa ngelakuin apa-apa, kecuali tetap berjalan sesuai porosnya.”