Judul : Lara Miya
Penulis : Erlin Natawiria
Penerbit : Falcon Publishing
Tebal : 224 Halaman
"Berubahlah untuk dirimu sendiri, Miya. Ampuni semua kesalahan yang pernah terjadi, terima segala situasi meski terasa pahit."
"Berubahlah untuk dirimu sendiri, Miya. Ampuni semua kesalahan yang pernah terjadi, terima segala situasi meski terasa pahit."
"Gue kepengen nikah bukan karena memang sudah saatnya. Gue kepengen nikah karena gue tahu gue bakal ngelewatin semua rintangan dan tantangan di depan mata itu bersama orang yang gue cinta."
"Kamu tidak benar-benar mengerti rasanya kehilangan Rory! Kamu bukan ibunya! Kamu tidak tahu seperti apa rasanya!"
"Hubungan yang melibatkan dua orang harus membawa kebahagiaan pada keduanya."
"Tahu dari mana? Memangnya lo pakar dunia gaib? Gangguan mereka ke manusia itu nyata!." —P. 25
"Kau dan kameramu itu, benar-benar harus mengacaukannya, ya? Itu yang menjatuhkanku. Sepasang anak bodoh."
"Nggak semudah itu untuk memaafkan. Nggak secepat itu untuk melupakan. Setelah melihat semua kebohongan yang dia lakukan, how can you expect me to trust him again?"
"Hanya karena kamu mengalami masa lalu yang buruk, bukan berarti orang lain pun harus merasakannya. Anak-anak ini bukan kamu. Mereka nggak perlu dikerasi buat ngerti seberat apa hidup."
"Rasanya benar jika dikatakan bahwa hidup ini tidak pernah bisa diduga. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah hari ini, esok, lusa, dan seterusnya. Pun tidak pernah tahu siapa yang akan datang dan pergi, silih berganti mengisi waktu yang kita miliki."
"Gue tahu lo pasti bisa memaafkan dia. Karena gue juga tahu, meskipun lo sangat membencinya, pasti ada celah terkecil di hati lo yang merindukan sosok beliau. Ya kan?"
"Sebagian bukti datang terlambat, Moris. Sebagian lainnya tidak muncul sama sekali."
"Lo seberharga itu, Lan. Lo berharga. Kita memang nggak bisa menyenangkan semua orang dan nggak dilahirkan buat melakukan itu. Tapi, akan selalu ada orang-orang yang bahagia hanya karena kita hadir dalam hidup mereka, walaupun kita merasa nggak pernah melakukan hal hebat buat orang-orang itu."
"Kalau ada hal yang paling aku takutin, itu adalah kehilangan kamu, tapi aku lebih takut kalau aku melewatkan kamu."
"Mama pernah dengar ada perumpamaan seperti ini; orang yang paling kelihatan benci sama kamu, bisa jadi orang yang paling mencintai kamu. Dan Mama rasa, perumpamaan itu sedang terjadi di antara kamu dan Alby."
"Oh, kami tahu, Oriona Maharani Anadra. Kaum kami sangat tahu rasanya terusir dan terasing. Bahkan di tempat yang kami sebut rumah sekalipun."
"Jadi baru begini saja, kau sudah mengeluh? Coba kamu pikir lagi apa pekerjaan reporter seperti ini cocok buat kamu? Pikir lagi apa kamu pantas diberi kesempatan live report kalau begini?" — P. 90Kevin Alexander Sanjaya, seorang cameramen yang membantu Selina agar bisa membuat live reportnya sendiri. Kevin dengan telaten dan tegas, mengajari Selina berbagai hal dasar, mulai dari cara melaporkan keadaan sekitarnya seperti apa, sampai ke teknik agar percaya diri di depan kamera.
"Di mata orangtua, anaknya itu tetap anak-anak, berapa pun usianya. Saat kamu memiliki keluarga dan anak sendiri, kamu baru akan mengerti apa yang mama rasakan."
"Sesuatu bisa terjadi tanpa kita sadari, Flora. Apalagi soal perasaan. Tuhan adalah penguasa hati anusia. Dan hanya Dia yang bisa membuat Dicko merasakan hal yang menurut kamu sangat mustahil. Aku sangat percaya itu."
"Ikhlas adalah kata sifat yang kastanya paling tinggi, Sam. Banyak hal baik terjadi setelah orang mencoba untuk menerima segala hal dengan ikhlas."
"Kapalku telah bersandar, aku mampu mengendalikannya hingga tidak karam diterjang badai."
"Saya tahu, Bang. Tahuuuu... Betul kalau apa yang saya lakukan ini salah, tapi kenapa sih saya nggak diizinkan berduka agak sebentar? Seolah-olah setiap orang harus kuat, nggak boleh mengenang kesedihan. Ini hati, Bang, bukan batu."
"Kenali dirimu. Karena kamu tidak akan bisa menjadi dirimu sendiri... sampai kamu tahu siapa dirimu."
"Di antara sekian banyak hari bersamamu,
satu-satunya adegan yang kuingat adalah sentuhan
dan aroma tubuhmu yang wangi.
Kau dan aku saling berpelukan
dalam hangatnya hati."
"Ada hal yang lebih menyakitkan dari gagal menepati janji pada orang lain, yaitu mengingkari janji untuk diri sendiri."
"Jadilah sebagian orang yang berdiri tegar itu, Bro. Bertahan memang menyakitkan, tapi menyerah jauh lebih menyengsarakan."
"Sahabat yang baik nggak membenarkan kesalahan yang diperbuat sahabatnya, Kak. Sahabat yang baik harus ngingetin. Kalau nggak bisa, tampar sekalian biar sadar."
"Keberhasilan suatu film adalah hasil dari jasa semua orang yang terlibat, termasuk mereka yang berada di level terbawah sekalipun."
"Sebenernya alasan utama gue menyandera lo adalah karena gue begitu marah dan kecewa sama lo. Gue kira lo tulus mau temenan sama gue. Tapi ternyata lo hanya mau membantu Troy."
"Jangan menyerah. Nggak bersama dengan orang yang kita cintai itu rasanya menyakitkan. Aku tahu—aku pernah mengalaminya."
"Membenci seseorang itu menggegoti diri sendiri, menyedot semua energi positif yang kita miliki. Yang terpenting, sekarang kita sudah berkumpul lagi."
"Kenapa kamu harus datang lagi ke kehidupanku kalau pada akhirnya orang lainlah yang kamu cari."
"Terkadang tidak melakukan apa-apa justru membantu."
"Orang yang sering menganggap sepele suatu hal itu nggak pantas jadi pemenang. Karena calon pemenang itu yang mau usaha dan nggak mudah meremehkan hanya karena dia sadar punya kelebihan."
"Masa lalu memang tidak bisa mendefinisikan siapa kamu. Tapi, masa lalu itu nggak pernah bisa dibuang. Daripada kamu menghabiskan tenaga untuk membuangnya, kenapa tenaga itu nggak kamu pakai untuk menerimanya?"
"Seseorang pernah berkata padaku, bahwa luka adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Adakalanya orang memilih untuk menimbunnya begitu dalam, ada yang memutuskan untuk menyimpannya sebagai kenangan, ada juga yang membuangnya jauh dan tak pernah kembali."
"Daripada kita terus-menerus mikirin masa lalu, kenapa kita nggak menggunakan energi kita untuk merencanakan masa depan? Mikirin gimana caranya biar Arga nggak mengalami nasib yang sama dengan Papa, misalnya?"
"Jangan pernah memaksakan perasaan muncul atas dasar kasihan atau simpati semata. Karena cinta dengan rasa kasihan serapuh perasaan mengasihani itu sendiri."
"Penting untuk punya sebuah tujuan yang mau kamu capai. Enggak masalah semustahil apa, itu urusan waktu yang ngebuktiin. Tapi, selagi kamu punya mimpi, hidup kamu enggak akan pernah mati."
"Jangan bersembunyi seperti dulu, kalau lo lagi sedih."
"Masalah itu nggak melulu datang dengan wujud besar. Kalau lo cermat menemukan sudut yang lebih tinggi untuk melihatnya, semuanya akan terlihat kecil."
"Tuhan memang pengatur skenario yang paling hebat. Aku belajar banyak supaya nggak benci atau suka sama sesuatudengan berlebihan. Karena kita nggak pernah tahu apa yang terjadi besok-besok."
"Gak perlu jadi SEMPURNA untuk bisa BAHAGIA."
"Aku akan tetap menunggu. Menunggu saat di mana Tuhan mempertemukan kita kembali."
"Jika kita mencintai seseorang, kita tidak harus selalu bersama ataupun memilikinya, ada kalanya melihat dia bahagia sudah cukup bagi kita, sekalipun dia bahagia bukan karena kita melainkan karena orang lain."
"Om, apakah liburan itu memang semahal ini? Aku hanya ingin jalan-jalan sama Mama dan Mas, Om. Tapi kenapa rasanya mahal sekali ya, liburan buatku? Aku juga mau kerja, Om, agar aku bisa memberli waktu Mama. Agar aku bisa menggaji Mama untuk menemaniku liburan."
"Sepertinya kita mesti mulai segalanya dari awal lagi."
"Karena gue udah janji sama lo bakal berubah dan gue masih aja nggak bener. Gue nggak mau lo kecewa sama gue."
"Tidak ada hal yang memalukan. Hanya ada dua orang yang saling jatuh cinta."